Jakarta (ANTARA) - Pada awal kemunculannya, media sosial hanya menawarkan fitur-fitur untuk menjalin hubungan dengan kerabat secara sederhana, yaitu mengetikkan nama dan mengirimkan permintaan pertemanan.

Seakan menjawab kebutuhan pengguna yang makin berkembang seiring zaman, beragam aplikasi media sosial hadir dengan menawarkan kelebihan masing-masing. Salah satu yang populer adalah aplikasi berbagi foto serta video.

Beberapa hal yang bisa dilakukan selain menjalin pertemanan dalam media sosial adalah memberikan ulasan pada restoran yang menjual makanan lezat ataupun menunjukkan baju yang baru saja dibeli lewat media sosial.

Dari sana, bermunculan pula orang-orang yang membagikan barang favorit mereka lewat kata-kata merayu pada hasil foto atau video yang diunggah pada aplikasi.

Mereka disebut influencer atau yang dalam bahasa Indonesia adalah pemengaruh. Kehadirannya pun dimanfaatkan menjadi jembatan antara pemilik usaha dengan pengguna lewat kerja sama promosi.

Seiring berkembangnya teknologi yang dimanfaatkan media sosial untuk menelurkan fitur-fitur teranyar, alat tersebut pun menjadi sarana batu loncatan yang dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk melebarkan sayap pemasaran.


Kehadiran pemengaruh

Dari banyaknya pemengaruh fesyen di media sosial, ada salah satu nama yang sudah dikenal banyak orang. Foto-fotonya kerap muncul dalam kiriman unggahan pengguna yang mengulas suatu produk, dialah Astri Ratnasari. Saat ini jumlah pengikut pada salah satu media sosialnya sebanyak 248 ribu.

Astri bercerita bahwa awalnya ia tak berniat untuk menjadi pemengaruh. Saat pertama kali membuat akun media sosial pada sekitar 2015-2016, ia suka membagikan inspirasi berpakaiannya kepada teman-temannya.

Barulah pada dua sampai tiga tahun terakhir, ia mulai dilirik oleh para pengguna media sosial yang menyukai gaya berbusananya yang bertemakan elegan dan feminin. Pengikutnya pun mulai berkembang pesat hingga akhirnya semakin banyak sampai sekarang.

Karena ia memiliki personal branding yang kuat, sejumlah Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) fesyen yang sesuai dengan gaya busana Astri pun memilih dia untuk mempromosikan produk mereka.

Dalam bekerja sama dengan UMKM, Astri tidak asal memilih. Ia harus melalui proses panjang, mulai dari pemilihan produk, memadupadankan produk, memikirkan bagaimana cara produknya mencolok di dalam foto, hingga akhirnya dikemas dalam bentuk postingan di media sosial.

Astri bercerita bahwa jenama-jenama lokal yang ia promosikan merasa terbantu lewat kerja sama yang mereka lakukan. Bahkan, sampai ada sekitar 10 UMKM yang kembali bekerja sama dengan Astri selama tiga tahun terakhir.

Tak hanya endorse, dia juga diajak berkolaborasi untuk merilis suatu produk yang sesuai dengan nya. Baru-baru ini, Astri berkolaborasi dengan suatu jenama parfum lokal untuk merilis wewangian khusus atas nama dirinya.

Seluruh proses tersebut bukan hanya sekadar promosi, tetapi juga terdapat simbiosis mutualisme di dalamnya.

Astri mengatakan tawaran promosi yang ia terima juga merupakan aktivasi untuk akun media sosialnya yang telah ia monetisasi, sehingga kedua pihak pun sama-sama diuntungkan dalam berlangsungnya proses kesepakatan ini.

Hasilnya, setiap dia mengepos foto, pengikutnya akan meninggalkan komentar soal di mana dia membeli pakaian atau sepatu yang ia kenakan. Dengan begitu, pengikutnya akan merujuk langsung ke UMKM yang ia rekomendasikan jika ingin membeli pakaian.

Kisah Astri tersebut diamini oleh pemilik UMKM di bidang fesyen, Atika Rozana. Ia memiliki jenama bernama Omyka sejak tahun 2017. Namun, sejak pertengahan 2023, nama jenamanya berganti nama menjadi Omyka The Label karena ia ingin melakukan rebranding produknya.

Jenama miliknya awalnya berfokus pada hijab karena pada tahun tersebut memang sedang ramai-ramainya fesyen muslim. Seiring berjalannya waktu, ia merasa tidak bisa hanya menjual hijab saja.

Berbekal ilmu mendesain baju yang ia dapatkan setelah mengikuti pendidikan di suatu sekolah fesyen di Jakarta dan magang di suatu butik, ia pun mulai mendesain untuk baju kemeja dan tunik, celana panjang, hingga sandal.

Untuk memasarkan produknya, ia memilih bantuan pemengaruh mulai dari yang mikro hingga yang makro, membuat konten interaktif di media sosial, hingga berjualan lewat siaran langsung daring atau live streaming.

Pada 2021, Omyka bekerja sama dengan seorang pemengaruh bernama Dwi Handayani Syah Putri. Mereka mengeluarkan koleksi khusus kemeja dan celana panjang dengan kombinasi warna-warna pastel yang unik.

Atika mengatakan endorse serta kolaborasi yang ia lakukan berbuah hasil. Dia merasakan pengaruhnya pada jumlah pengikut yang bertambah dan produk yang terjual juga meningkat.

Ia menilai kehadiran media sosial telah membantu bisnisnya makin meluas. Jenamanya semakin banyak dikenal hingga akhirnya bisa menambah koleksi-koleksi baru.

Dari sisi pelanggan, ada juga pengikut yang tak sembarangan ketika melihat promosi di media sosial.

Tasa, seorang wanita berusia 26 tahun, juga mempertimbangkan siapa pemengaruh yang ia ikuti dalam membeli suatu produk fesyen. Mulai dari kerudung, pakaian, alas kaki, hingga tas yang ia beli merupakan produk lokal dan beberapa di antaranya berasal dari UMKM. Kebanyakan informasi mengenai jenama produk yang ia beli berasal media sosial.

Tasa bercerita, ia pernah penasaran dengan suatu jenama kerudung milik UMKM. Ternyata pemengaruh yang sudah lama ia kagumi, menerima endorse dari jenama tersebut.

Setelah mengetahui ulasannya, ia pun memutuskan untuk membelinya. Bahkan, kini ia menjadi pelanggan yang terus mengikuti rilisan produk baru merek tersebut.

Dari kisah ketiga wanita tersebut, ditemukan hubungan yang kuat antara media sosial, pemengaruh, dan masyarakat.

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa tangan ketiga yang berbentuk aplikasi buatan developer asing, memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan UMKM.


Peran pemerintah

Seiring berubahnya kebiasaan konsumen dalam berbelanja yang menjurus ke media sosial, pemerintah pun juga sigap dalam menjawab perubahan tersebut untuk melindungi UMKM di Indonesia.

Di sinilah peran antarkementerian saling berkesinambungan, di antaranya Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

Dari sisi Kemenkop UKM, telah dilakukan edukasi kepada UMKM untuk memanfaatkan media sosial, di antaranya melalui Smesco Indonesia yang merupakan brand dari Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-UKM).

Smesco bertugas untuk membantu akses pemasaran bagi usaha kecil dan menengah dengan turut ikut andil dalam membantu meluaskan pemasaran produk lewat tren media sosial lewat pelatihan maupun campaign.

Adanya perubahan gaya masyarakat dalam melakukan jual-beli secara daring pun harus terus diantisipasi agar tidak ketinggalan dengan kompetitor lainnya.

Direktur Bisnis dan Pemasaran Smesco Indonesia Wientor Rah Mada mengungkapkan bahwa tren penjualan saat ini mulai bergeser ke livestreaming atau siaran langsung di platform media sosial yang menawarkan layanan jual-beli.

Menurutnya, itulah salah satu fenomena baru yang mana UMKM di Indonesia harus segera beradaptasi dan mempelajari cara siaran langsung yang baik dan benar sehingga bisa meningkatkan penjualan.

Melalui berbagai pelatihan, di antaranya cara mudah bikin toko daring dan tips anti “boncos” beriklan di media sosial, Smesco aktif mengajak UMKM untuk menggali lebih dalam teknik-teknik di media sosial agar bisa menggaet lebih banyak pelanggan.

Smesco juga bekerja sama dengan beberapa pemengaruh dan konten kreator, salah satunya adalah Edho Zell yang aktif mengunggah konten di Youtube dan media sosial lainnya.

Edho hadir dalam siniar yang ditayangkan akun Youtube resmi Smesco bersama Wientor untuk berbicara cara meningkatkan penjualan dan mengembangkan bisnis lewat media sosial.

Lewat siniar tersebut, masyarakat pun bisa mengetahui kiat serta trik dari seorang konten kreator terkenal agar produk UMKM mereka bisa berkembang dengan cara yang lebih kekinian dan menarik.

Dari sisi Kemenparekraf, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Kreativitas Restog Krisna Kusuma mengatakan kementerian tersebut fokus untuk memberikan pelatihan dan memberikan wadah bagi UMKM untuk unjuk karya.

Salah satu pelatihan yang diberikan adalah mengenai pemasaran digital yang juga terkait dengan memanfaatkan media sosial.

Dengan adanya partisipasi masyarakat dengan fasilitas "jembatan" dari pemengaruh di media sosial serta langkah-langkah keselarasan dari pemerintah, pertumbuhan UMKM di Indonesia pun dapat meningkat dan berpotensi "naik kelas" hingga ke mancanegara.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023