London (ANTARA) - Malaysia bakal mengeluarkan kebijakan melarang ekspor bahan mentah logam tanah jarang (rare earth) guna "menghindari eksploitasi dan hilangnya sumber daya", kata Perdana Menteri Anwar Ibraham pada Senin.

Langkah seperti ini sebelumnya sudah ditempuh sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Tanah jarang adalah 17 unsur yang digunakan dalam berbagai produk, mulai laser dan peralatan militer, sampai magnet dalam kendaraan listrik, turbin angin, dan elektronik konsumen, seperti ponsel pintar.

Mineral-mineral ini tak jarang ditemukan di kerak bumi, namun cadangannya yang bernilai ekonomis lebih langka.

Memisahkan mineral-mineral ini menjadi bahan yang diperlukan untuk menghasilkan magnet permanen yang digunakan dalam produk-produk penting, adalah proses yang rumit.

Berikut langkah-langkah yang diambil atau diumumkan, oleh sejumlah negara Asia berkaitan dengan mineral-mineral itu.

MALAYSIA

Cadangan mineral tanah jarang di negara Asia Tenggara ini mencapai 30.000 metrik ton hanyalah sebagian kecil dari pasokan dunia. Jumlah itu juga jauh lebih kecil dibandingkan dengan sumber terbesarnya, China, yang diperkirakan memiliki cadangan sebesar 44 juta ton.

Namun langkah yang diambil Senin ini adalah langkah terkini yang dilakukan negara tersebut dalam membatasi ekspor sumber daya mineral penting.

Perusahaan Australiam Lynas Rare Earths Ltd yang merupakan produsen logam tanah jarang terbesar di luar China, memiliki pabrik di Malaysia yang memproses konsentrat yang diperoleh dari Australia.

Malaysia sudah membatasi sejumlah operasional Lynas, dengan alasan kekhawatiran terhadap tingkat radiasi dari retakan dan pencucian. Klaim ini sudah dibantah oleh Lynas.

Belum jelas produk tanah jarang mana yang akan dilarang oleh Malaysia.

MYANMAR

Di Myanmar, tambang-tambang di wilayah Pangwa di Negara Bagian Kachin yang menjadi sumber logam tanah jarang terbesar di negara itu, sudah ditutup untuk inspeksi sejak 4 September untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Langkah itu menimbulkan adanya kekhawatiran pasokan dalam jangka pendek.

Tahun lalu Myanmar menyumbang 4 persen dari produksi pertambangan logam tanah jarang global, dengan produksi setara dengan 12.000 ton oksida tanah jarang.

Penambangan timah di sebuah daerah penghasil timah terpenting di Myanmar juga dihentikan awal tahun ini.

INDONESIA

Indonesia melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 dalam rangka memaksimalkan pendapatan melalui hilirisasi mineral yang digunakan dalam baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik.

Produsen nikel besar lainnya, Filipina, pada Januari berencana mengenakan pajak atas ekspor bijih nikel guna mendorong investasi dalam sektor hilir di negara tersebut.

CHINA

Pada Juli, China mengumumkan pembatasan ekspor galium dan germanium, dua logam kecil yang digunakan untuk membuat semikonduktor, sehingga memicu kekhawatiran baru bahwa Beijing berpotensi membatasi ekspor bahan lain, terutama tanah jarang.

China menyumbangkan 70 persen dari hasil penambangan logam tanah jarang dunia pada 2022, selain memiliki pangsa 85-90 persen dari produksi logam tanah jarang dan magnet terproses.

Pada 2010, China membatasi ekspor logam tanah jarang ke Jepang menyusul sengketa wilayah, meskipun saat itu China berkilah ada masalah lingkungan hidup.

Jepang, Uni Eropa, dan Amerika Serikat berhasil menggugat China di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Peristiwa ini menyebabkan Jepang, yang selama ini bergantung kepada China untuk hampir seluruh mineral tanah jarang, mencari pemasok alternatif.
 
Mereka berinvestasi di Lynas dan telah mengurangi porsi impor logam tanah jarang dari China menjadi 58 persen pada 2018.

China menerapkan kuota produksi tanah jarang.

Sumber: Reuters
Baca juga: Indonesia-Malaysia tinjau sumber mineral di Nunukan

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023