London (ANTARA) - Ketegangan antara Azerbaijan dan Armenia terkait wilayah Nagorno-Karabakh kembali memuncak.
 
Wilayah ini menjadi penyebab dua perang antara kedua negara dalam tiga puluh tahun terakhir.

Berikut sejarah konflik itu dan perkembangan terkini.

Apa itu Nagorno-Karabakh?

Nagorno-Karabakh, yang disebut Artsakh oleh orang Armenia, adalah daerah pegunungan yang terkurung daratan di wilayah Kaukasus.

Daerah ini diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi penduduknya sebagian besar beretnis Armenia, yang berjumlah sekitar 120.000 jiwa.

Mereka memerintah sendiri dan berhubungan dekat dengan Armenia tetapi belum diakui secara resmi oleh Armenia atau negara lain mana pun.

Warga etnis Armenia, yang beragama Kristen, mengaku sudah lama tinggal di wilayah tersebut, sejak beberapa abad sebelum Masehi.

Azerbaijan, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, juga mengklaim memiliki ikatan sejarah yang kuat dengan wilayah yang selama berabad-abad dikuasai Persia, Turki, dan Rusia itu. Di bawah Uni Soviet, Nagorno-Karabakh menjadi daerah otonom dalam Republik Soviet Azerbaijan.

Perang Karabakh Pertama

Ketika Uni Soviet runtuh, pecah Perang Karabakh Pertama (1988-1994) antara warga etnis Armenia dan tetangganya, orang Azerbaijan. Sekitar 30.000 orang tewas dan lebih dari satu juta orang mengungsi, sebagian besar warga Azeri yang diusir dari rumahnya ketika etnis Armenia akhirnya menguasai Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik di sekitar Azerbaijan.

Perang 44 Hari pada 2020

Pada 2020, setelah puluhan tahun terlibat pertempuran kecil, Azerbaijan melancarkan operasi militer yang kemudian memicu Perang Karabakh Kedua. Dengan cepat mereka menerobos pertahanan Armenia. Mereka mencatat kemenangan gemilang dalam perang 44 hari itu, dengan merebut kembali tujuh distrik dan sepertiga wilayah Karabakh.

Penggunaan drone buatan Turki dan Israel disebut-sebut oleh para analis militer sebagai salah satu alasan utama di balik kemenangan Azerbaijan. Paling sedikit 6.500 orang tewas.

Rusia, sekutu Armenia tetapi juga berhubungan baik dengan Azerbaijan, turun tangan merundingkan gencatan senjata.

Kesepakatan itu menjadi jalan untuk hadirnya 1.960 pasukan penjaga perdamaian Rusia di Karabakh untuk menjaga satu-satunya jalan tersisa yang menghubungkan daerah kantong itu dengan Armenia, yang disebut koridor Lachin.

Pembicaraan damai

Para analis mengatakan putaran perundingan berturut-turut, yang dimediasi Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia, membawa kedua belah pihak lebih dekat ke perjanjian damai permanen dibandingkan yang sudah mereka lakukan bertahun-tahun, namun penyelesaian akhir masih sulit dicapai.

Masalah paling sensitif adalah status 120.000 etnis Armenia di Karabakh, yang hak dan keamanannya menurut Armenia harus dijamin. Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan negaranya mengakui kedaulatan dan integritas wilayah Azerbaijan, namun Baku menyatakan tidak percaya bahwa pernyataan tersebut dibuat dengan itikad baik dan menuduh Armenia "memicu separatisme".

Krisis Kemanusiaan

Pada Desember 2022, warga sipil Azeri yang mengidentifikasi diri aktivis lingkungan hidup memblokir koridor Lachin, dan pada April 2023 Azerbaijan mendirikan sebuah pos pemeriksaan keamanan baru di sepanjang koridor tersebut.

 Langkah ini memutus arus orang dan barang antara Armenia dan Nagorno-Karabakh kecuali untuk evakuasi medis yang mendesak, sehingga menciptakan apa yang disebut Amerika Serikat dan negara-negara lain sebagai "situasi kemanusiaan yang memburuk dengan cepat".

 Azerbaijan berdalih langkah itu diambil untuk mencegah koridor itu digunakan untuk menyelundupkan senjata.

Sebagai langkah terobosan, otoritas etnis Armenia di Karabakh pada Sabtu untuk pertama kalinya dalam puluh tahun terakhir menyatakan setuju membolehkan pengiriman bantuan dari wilayah yang dikuasai Baku, sebagai imbalan atas pembukaan kembali koridor Lachin. Namun ketidakpastian menyelimuti implementasi perjanjian tersebut.

Sementara itu, Armenia dan Azerbaijan saling tuding memperbesar kekuatan pasukan di dekat perbatasan dan di sekitar Karabakh dalam sepekan terakhir, sehingga memicu kekhawatiran dari kalangan penduduk kedua negara bahwa perang bisa pecah kembali.

Rusia sangat teralihkan perhatiannya oleh perang di Ukraina, sehingga menimbulkan keraguan mengenai kemampuannya dalam memelihara perdamaian kendati Rusia menyatakan diri tetap menjadi penjamin keamanan di wilayah tersebut.

Sumber: Reuters
Baca juga: Armenia siap akui Nagorno-Karabakh sebagai wilayah Azerbaijan
Baca juga: Rusia sebut Azerbaijan dan Armenia siap akhiri blokade transportasi
Baca juga: Armenia, Azerbaijan saling tuding soal baku tembak di perbatasan

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023