Intinya, Gubernur Ueda menetapkan jalur dan jangka waktu bersyarat untuk kenaikan suku bunga pertama...
Singapura (ANTARA) - Yen bertengger di dekat level tertinggi satu minggu di awal sesi Asia pada Selasa pagi, karena komentar dari gubernur bank sentral Jepang mengenai kemungkinan diakhirinya kebijakan suku bunga negatif bergema di pasar, sementara dolar meraih kembali sebagian penurunannya.

Gubernur Bank Sentral Jepang (BoJ) Kazuo Ueda mengatakan dalam sebuah wawancara surat kabar pada akhir pekan bahwa bank tersebut bisa mendapatkan data yang cukup pada akhir tahun untuk menentukan apakah mereka dapat mengakhiri suku bunga negatif, dan menyatakan bahwa pada Senin (11/9/2023) yen mencatat kenaikan harian terbesarnya terhadap dolar dalam dua bulan.

Mata uang Jepang terakhir sedikit lebih rendah pada 146,61 per dolar, setelah mencapai puncak satu minggu di 145,91 pada sesi sebelumnya.

“Intinya, Gubernur Ueda menetapkan jalur dan jangka waktu bersyarat untuk kenaikan suku bunga pertama dan menjauh dari kebijakan suku bunga negatif, jika data mengizinkan,” kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone.

“Dapat diasumsikan bahwa BoJ juga selangkah lebih dekat untuk menjauh dari pengendalian kurva imbal hasil (YCC), dan secara logis dapat dikatakan bahwa BoJ ingin dapat menaikkan suku bunga dan menghapus YCC secara bersamaan.”

Yen berada di bawah tekanan besar terhadap dolar sebagai akibat dari meningkatnya perbedaan suku bunga dengan Amerika Serikat, sejak Federal Reserve memulai siklus kenaikan suku bunga yang agresif tahun lalu sementara BoJ tetap bersikap dovish.

Di tempat lain, dolar AS membalikkan penurunannya yang mendekati 0,5 persen terhadap sejumlah mata uang pada Senin (11/9/2023).

Aussie terakhir melemah 0,12 persen pada 0,6423 dolar AS sementara dolar Selandia Baru turun 0,14 persen menjadi 0,5911 dolar AS, menjadi salah satu penerima manfaat terbesar terhadap pelemahan greenback pada Senin (11/9/2023) dan masing-masing naik 0,8 persen dan 0,6 persen.

Namun Euro menyentuh level tertinggi satu minggu di 1,0771 dolar.

“Mengingat fakta bahwa kita juga memiliki momentum yang cukup kuat di balik posisi beli dolar AS secara luas di seluruh pasangan mata uang G10, saya pikir hal ini memberikan alasan bagi pasar untuk mengambil keuntungan menjelang angka (inflasi) di AS,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

Data inflasi AS untuk Agustus akan dirilis pada Rabu (13/9/2023), dengan para pedagang menantikan apakah ekonomi terbesar di dunia ini memang berada di jalur yang tepat untuk melakukan “soft landing” dan apakah The Fed masih harus melanjutkan kenaikan suku bunganya.

Indeks dolar AS, yang mengakhiri pekan lalu dengan kenaikan delapan minggu berturut-turut, naik 0,03 persen menjadi 104,60, setelah turun 0,46 persen di sesi sebelumnya. Sterling stabil di 1,2508 dolar.

Yuan di luar negeri mendapat dukungan di dekat level tertinggi satu minggu pada Senin (11/9/2023) dan terakhir dibeli pada 7,3020 per dolar.

Mata uang tersebut telah melonjak lebih dari 0,8 persen pada sesi sebelumnya, kenaikan harian terbesar dalam enam bulan terakhir, lebih lanjut didorong oleh data yang menunjukkan pinjaman bank baru di China mengalahkan ekspektasi hampir empat kali lipat pada Agustus dari tingkat Juli.

Di pasar mata uang kripto, bitcoin terakhir sedikit lebih tinggi pada 25.179 dolar AS, setelah jatuh di bawah 25.000 dolar AS untuk pertama kalinya dalam tiga bulan pada Senin (11/9/2023).

Ether juga naik 0,29 persen menjadi 1.556,20 dolar AS, setelah meluncur ke level terendah enam bulan di 1.531,10 dolar AS di sesi sebelumnya.

“Saat ini, apa yang sebenarnya kami lihat adalah dampak dari pengetatan likuiditas di pasar yang mulai membebani aset-aset spekulatif seperti bitcoin,” kata Kyle Rodda, analis pasar keuangan senior di Capital.com.

Baca juga: Dolar AS jatuh jelang data inflasi, yen melonjak dipicu komentar Ueda
Baca juga: Yen melonjak di sesi Asia didorong komentar gubernur BoJ, dolar jatuh

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023