Yogyakarta (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi terus menurun yang ditunjukkan mulai berkurangnya frekuensi semburan awan panas pada Senin dinihari antara pukul 00.00-06.00 WIB yang hanya terjadi satu kali. "Semburan awan panas satu kali itu pun tercatat berdasarkan rekaman Seismograf, sedangkan dari seluruh pos pengamatan tidak teramati sama sekali," kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo, Senin. Penurunan aktivitas Merapi berdasarkan laporan dari pos-pos pengamatan juga terlihat pada guguran lava pijar yang mulai berkurang, yakni pada Senin dinihari hanya terjadi tiga kali ke arah hulu Kali Krasak dengan jarak luncur 1,5 kilometer serta 12 kali ke hulu Kali Gendol berjarak luncur hanya satu kilometer. "Sedangkan hasil rekaman Seismograf mencatat terjadi 53 kali gempa guguran, satu kali awan panas, lima kali gempa tektonik dan dua kali gempa multiphase," ujarnya. Meskipun aktivitas Merapi semakin menurun dibandingkan hari-hari sebelumnya yang frekuensi awan panas dan guguran lava pijar masih puluhan kali terjadi dengan jarak luncur lebih dari dua kilometer, namun BPPTK masih menetapkan status 'awas'. Fase erupsi Merapi masih terjadi kendati cenderung menurun, dan fase erupsi baru bisa dikatakan berhenti jika tidak ada awan panas dan aktivitas kegempaan. "Karena itu, BPPTK masih merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak tetap dikosongkan," kata Subandriyo. (*)

Copyright © ANTARA 2006