Kajian Besar Menunjukkan Bahwa Pasien Akan Kehilangan Peluang Menghindari Serangan Asma LUND, 30 Juni (ANTARA/PRNewswire/AsiaNet) -- Data baru mengenai sikap dan tingkah laku para penderita asma yang baru saja dipublikasikan dalam Jurnal Kedokteran Paru-paru BMC memperjelas perlunya strategi baru dalam penatalaksanaan asma. Kajian Riset Wawasan Penderita Asma Internasional (INSPIRE) adalah kajian berskala besar pertama (n=3,415 pasien) pada penderita asma dalam terapi penanganan reguler. Kajian ini menawarkan wawasan berharga dalam sikap pasien asma terhadap penatalaksanaan asma, dampak kondisi ini atas kehidupan mereka sehari-hari, dan bagaimana mereka menanggapi kejadian buruk mendadak gejala mereka. Mungkin wawasan yang paling menarik bagi para pakar perawatan kesehatan yang merawat para pasien asma adalah terdapat celah peluang yang terlewati dalam penatalaksanaan asma saat ini. Kajian INSPIRE menunjukkan bahwa para pasien mengenali tanda-tanda paling umum munculnya kejadian buruk gejala mereka seperti 'nafas pendek/sesak napas', sebagai 'periode peringatan' tapi gagal mencegah serangannya. Mulai pertama kali merasakan kemunduran awal sampai puncak keadaan memburuk, pasien dalam kajian INSPIRE melaporkan serangan rata-rata selama 5.1 hari namun ketimbang menyesuaikan penggunaan terapi pencegahan, pasien meningkatkan terapi penyembuhan mereka oleh karenanya mengobati gejalanya daripada mencegah peradangan sehingga menyebabkan keadaan buruk pertama kalinya. "Kajian INSPIRE memberi bukti jelas pertama bahwa 'periode peringatan' sebelum serangan asma dialami oleh kebanyakan penderitanya, menandai terobosan nyata dalam pemahaman kami mengenai penyakit tersebut. Tanda-tanda peringatan dipahami dengan baik di bidang penyakit lainnya seperti diabetes, berperan sebagai penanda untuk mencegah kejadian merugikan. Dengan memahami bahwa pasien asma dapat mengenali tanda-tanda serangan mendatang, kami dapat memastikan bahwa pasien merebut celah peluang dan menyesuaikan pengobatan mereka secara baik pada tanda-tanda awal keadaan memburuk," kata Profesor Martyn R. Partridge, Fakultas Kedokteran, Imperial College London sekaligus anggota panitia acara INSPIRE. Sebagian besar pasien (71%) setuju bahwa mereka kemungkinan besar mencoba dan mengurus asmanya sendiri daripada pergi ke dokter pada saat gejalanya mengganggu. Tetapi, kajian ini memperjelas bahwa banyak penderita asma kurang mendapat pengawasan. Meskipun sedang menjalani pengobatan secara teratur, hanya 28 persen pasien diawasi secara baik, dan kebanyakan pasien (84 persen) mengalami masa-masa keadaan buruk dalam tahun terakhir (rata-rata 11/tahun). Rata-rata 27 persen keadaan buruk yang pernah mereka alami pada tahun lalu adalah parah. "Temuan dari INSPIRE membantu kami dengan dasar yang kuat dan peluang untuk meningkatkan cara pasien menanggulangi asmanya. Ketakutan, perhatian, sikap dan hasrat berpartisipasi pada manajemen penyakit mereka konsisten dengan hebatnya di seluruh dunia. Dan pengetahuan itu haruslah digunakan untuk membuat platform masa depan untuk pendidikan pasien dalam manajemen mandiri. Kajian menunjukkan bahwa mayoritas terbesar pasien ingin perawatan yang menyediakan penyembuhan segera, dan ingin dapat menyesuaikan terapi asma mereka pada perubahan asma mereka. Keefektifan dari semua perawatan didasarkan pada penggabungan keefektifan perawatan dan permintaan pasien atau kepatuhan pada petunjuk dokter. Kemajuan potensial pada strategi perawatan di masa depan dapat memperoleh perawatan efektif terkini yang banyak pasien dewasa ini gunakan secara sub-optimal dan memastikan pasien diarahkan untuk meningkatkan perawatan pencegahan mereka lebih awal," kesimpulan Martyn R. Partridge. INSPIRE diterapkan di delapan negara Eropa termasuk: Inggris, Belgia, Swedia, Belanda, Jerman, Italia, Perancis dan Spanyol dan berdasrakan pada sejumlah wawancara dengan lebih dari 2,400 pasien asma menderita dari sedang sampai asma ganas. Wawancara serupa telah dilakukan di Kanada, Amerika Serikat dan Australia, membawa jumlah keseluruhan pasien pada kajian INSPIRE pada lebih 3,400 pasien. Rujukan: 1) Kedokteran Paru BMC: www.biomedcentral.com/bmcpulmmed/ M. Partridge: BMC Pulmonary Medicine 2006; 6:13 2) Kutipan abstrak INSPIRE (ERS 2005, hanya data Eropa) M. Partridge, ERS 2005: Jurnal Saluran Pernafasan Eropa 2005; 26 (49): Abs1710 T van der Molen, ERS 2005: Jurnal Saluran Pernafasan 2005; 26 (49) : Abs166 Kajian INSPIRE didanai oleh AstraZeneca. AstraZeneca adalah produsen Symbicort, kombinasi budesonide corticosteroid yang dihirup dan beta-agonist formoterol berdurasi panjang dan cepat, yang diindikasikan untuk perawatan asma dan COPD. AstraZeneca adalah usaha perawatan kesehatan internasional terbesar yang terlibat dalam riset, pengembangan, pembuatan dan pemasaran obat yang diresepkan dan pasokan layanan perawatan kesehatan. Ia adalah salah satu dari perusahaan farmasi terkemuka dunia dengan penjualan perwatan kesehatan sejumlah 23.95 milyar dollar dan menempati posisi terdepan dalan penjualan produk saluran pencernaan, pembuluh jantung, ilmu syaraf, saluran pernafasan, onkologi dan infeksi. Astrazeneca di-dafterkan pada bursa saham Indeks Kesinambungan Dow Jones (Global) seperti halnya Indeks FTSE4Good. SUMBER: AstraZeneca KONTAK: Untuk informasi lanjut tentang kajian INSPIRE, atau permintaan wawancara dengan salah seorang anggota Panitia Acara INSPIRE, silakan menghubungi: Cecilia svensson, Global PR Manajer, Astrazeneca, Tel: +46-46-33-77-72 Mette Thorn Sorensen. Senior Konsultan, Cohn dan Wolfr, Tel: +45-41-38-43-00 (T.AD001/B/W001/W001) 03-07-2006 11:29:02

Copyright © ANTARA 2006