Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka melemah pada Rabu, setelah Wall Street terhuyung-huyung semalam karena pasar bersiap untuk data inflasi utama AS, sementara lonjakan harga minyak memicu kecemasan tentang tekanan harga yang terus-menerus, sehingga memperumit prospek suku bunga.

Indeks MSCI yang mencakup saham Asia Pasifik di luar Jepang datar pada awal perdagangan, sementara indeks Nikkei Tokyo tergelincir 0,2 persen.

Saham-saham Australia yang kaya akan sumber daya kehilangan 0,7 persen, saham-saham unggulan China CSI 300 juga melemah tetapi indeks Hang Seng Hong Kong bergerak 0,6 persen lebih tinggi.

Euro naik tipis didorong ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (14/9/2023), menyusul laporan Reuters bahwa ECB memperkirakan inflasi akan tetap di atas 3,0 persen tahun depan dalam perkiraan terbarunya, jauh di atas targetnya sebesar 2,0 persen.

Yang menjadi perhatian utama pasar adalah laporan penting Indeks Harga Konsumen (IHK) AS yang diharapkan akan dirilis pada Rabu, yang akan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai prospek inflasi dan memberikan kejelasan mengenai apakah Federal Reserve telah melakukan pengetatan.

Meskipun IHK inti diperkirakan turun menjadi 4,3 persen tahun-ke-tahun pada Agustus dari 4,7 persen, kenaikan biaya energi diperkirakan akan menjaga inflasi utama tetap tinggi. Dan lonjakan harga minyak terbaru ke level tertinggi dalam sepuluh bulan kemungkinan besar tidak luput dari perhatian The Fed.

“Apa yang terjadi dengan minyak dan inflasi masih terlalu dini bagi The Fed untuk memberikan sinyal bahwa risiko pengetatan tambahan akan terjadi sebelum hal tersebut dilakukan,” kata Ray Attrill, ahli strategi mata uang di National Australia Bank.

“Ketika terjadi volatilitas pada komponen pangan dan energi, kekhawatirannya adalah jika hal ini terus berlanjut maka hal tersebut cenderung mempengaruhi inflasi inti seiring berjalannya waktu.”

Harga minyak memperpanjang kenaikan pada Rabu. Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan di 92,24 dolar AS per barel, mendekati level tertinggi sepuluh bulan yang dicapai pada sesi lalu di tengah kekhawatiran pasokan yang terus-menerus. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 0,3 persen menjadi 89,08 dolar AS.

Di Wall Street, S&P 500 turun 0,6 persen semalam, Nasdaq turun 1,0 persen sementara Dow Jones sebagian besar datar.

Apple turun 1,8 persen setelah meluncurkan iPhone baru namun tidak menaikkan harga karena menghadapi kelebihan pasokan ponsel pintar global, dan saham Oracle anjlok lebih dari 13 persen setelah penyedia layanan cloud tersebut memperkirakan pendapatan kuartal saat ini di bawah target.

Euro menguat 30 basis poin menjadi 1,0765 dolar di tengah perkiraan kenaikan suku bunga dari ECB pada Kamis (14/9/2023) dengan probabilitas 75 persen, dibandingkan dengan peluang terpisah sebelumnya.

Dolar AS memulihkan sebagian kerugiannya baru-baru ini terhadap yen, naik 0,2 persen menjadi 147,35 yen setelah komentar dari gubernur bank sentral Jepang mengenai kemungkinan keluarnya kebijakan suku bunga negatif lebih awal yang membuat yen melonjak.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi pada Rabu, dengan obligasi dua tahun menyentuh 5,0264 persen, dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 5,005 persen. Imbal hasil sepuluh tahun bertahan di 4,2881 persen, naik dari penutupan 4,264 persen.

Baca juga: Wall Street ditutup melemah di tengah kekhawatiran inflasi yang bandel
Baca juga: IHSG menguat di tengah pasar cermati rilis inflasi AS
Baca juga: Analis prediksi rupiah bergerak datar, cenderung melemah terbatas

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023