Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) turut menggalakkan kampanye gemar makan ikan dalam upaya percepatan penanganan stunting, utamanya untuk di wilayah pesisir.  

"BKKBN terus menggenjot sosialisasi perubahan perilaku dan aksi nyata di daerah. Jika hal ini bisa digencarkan, stunting bisa turun," ujar Penyuluh KB Ahli Utama BKKBN Widwiono di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Rabu. 

Widwiono mengatakan sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar. Salah satunya di bidang kelautan, dengan potensi hasil perikanan yang melimpah. Sektor tersebut dituntut untuk mampu memecahkan masalah utama bangsa, seperti pengangguran, kemiskinan, gizi buruk, termasuk penanganan stunting.

Menurut data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), terdapat tujuh provinsi yang masih berada di bawah angka konsumsi gemar makan ikan nasional, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, NTT, Kalimantan Barat, dan NTB. Padahal provinsi-provinsi tersebut memiliki potensi kelautan dan perikanan.

"Jadi, di daerah pesisir dan perbatasan, ikan itu banyak. Itu yang didorong, di samping juga ada ikan daratan seperti lele, lele murah dan mudah didapat," katanya.

Menurutnya, di samping memanfaatkan makanan pokok lokal, sumber protein hewan seperti telur dan ikan juga memberikan nutrisi yang penting untuk pencegahan stunting.

"Anak umur 2-5 tahun baiknya ditambahkan dua telur. Alangkah baiknya jika masyarakat di daerah pesisir atau laut mengonsumsi sepotong ikan," kata dia.

Ia berharap dengan digalakkannya kampanye gemar makan ikan, angka stunting 14 persen di tahun 2024 nanti akan sukses dicapai.

Menteri Kelautan dan Perikanan 2014-2019, Susi Pudjiastuti, mengatakan pemerintah harus memberikan kesejahteraan untuk para nelayan. Susi yakin jika nelayan sejahtera (ada bantuan modal usaha), maka masyarakat di sekitar pesisir tidak lagi kekurangan ikan yang merupakan sumber utama protein untuk menurunkan angka stunting.

Susi menilai ikan di perairan Indonesia lebih banyak dijual ke negara lain, dibanding dikonsumsi masyarakatnya sendiri, khususnya masyarakat pesisir. Hal ini disebabkan masih tidak sejahteranya taraf hidup nelayan di tanah air. Sehingga mereka lebih memilih untuk menjual hasil tangkapannya dibandingkan dikonsumsi sendiri.

Baca juga: Kepala BKKBN: Keluarga jadi fondasi sambut bonus demografi

Baca juga: BKKBN: Literasi data penting sasar berisiko stunting dengan tepat

Baca juga: BKKBN tekankan pentingnya KB dalam upaya mewujudkan keluarga sehat

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023