Kandahar, Afghanistan (ANTARA News) - Ledakan bom pinggir jalan yang dipasang Taliban menewaskan seorang anggota senior dewan perdamaian Afghanistan, Rabu, kata sejumlah pejabat.

Shah Wali Khan, Ketua Dewan Perdamaian Tinggi (HPC) di provinsi wilayah selatan, Helmand, tewas bersama dua polisi pengawalnya ketika ledakan menghantam kendaraannya, lapor AFP.

HPC adalah sebuah badan yang dibentuk pemerintah pada 2010 untuk membuka perundingan dengan Taliban, namun kelompok gerilya itu menolak bernegosiasi dengan para utusan Presiden Hamid Karzai yang didukung AS.

Pemerintah provinsi Helmand mengatakan dalam sebuah pernyataan, rombongan Khan sedang bepergian di daerah Gereshk sebagai bagian dari penyerahan tanggung jawab keamanan dari pasukan pimpinan NATO kepada pasukan keamanan Afghanistan.

Taliban "memanfaatkan peluang menguntungkan yang dilakukan utusan resmi kami ini" dan meledakkan bom rakitan di bawah kendaraannya, kata pernyataan itu.

Pada masa silam Taliban menyerang para pemimpin HPC. Pada 2011, serangan bom bunuh diri menewaskan ketua dewan tersebut, Burhanuddin Rabbani.

Perundingan perdamaian mendatang menghadapi banyak halangan, termasuk kekacauan mengenai siapa yang akan mewakili Taliban dan tuntutan Karzai bahwa utusannya harus menjadi bagian inti dari perundingan itu.

Pencarian penyelesaian politik merupakan prioritas ketika kekerasan berkobar di wilayah selatan serta timur dan pasukan tempur internasional bersiap-siap menarik diri dari Afghanistan.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

Pada Oktober 2011, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013