Surabaya (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur mengharapkan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) bisa memaksimalkan potensi ekonomi nasional.

Advisor Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Jawa Timur Muslimin Anwar, dalam keterangan yang diterima di Surabaya, Rabu, mengatakan, hingga 2022 UMKM di Jawa Timur berkontribusi sebesar Rp1.034,31 Triliun atau sekitar 58,4 persen dari Produk domestik bruto (PDB). Sementara dari sisi penyerapan tenaga kerja, sebesar 119,56 juta secara nasional dan 13,80 juta tenaga kerja di Jatim.

"Pengembangan UMKM masih menghadapi sejumlah tantangan seperti akses pembiayaan, korporatisasi dan kapasitas," katanya.

Selain itu, lanjutnya, untuk ekspor masih ada kendala juga yakni, belum optimalnya pemenuhan kualitas, kuantitas dan kontinuitas, perhatian syarat sertifikasi produk negara tujuan, kemampuan bahasa asing yang terbatas serta keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM).

"Ada juga terbatasnya pemahaman UMKM mengenai market intelligence serta belum sesuainya brand image dengan tren konsumen di pasar ekspor," ucapnya saat diskusi dengan tajuk "Peran Bank Indonesia dalam Mendorong pengembangan UMKM".

Menurut dia, tiap tahunnya sektor tersebut memberi kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi dan pengurangan jumlah pengangguran di Indonesia.

"UMKM di Indonesia berkontribusi sebesar Rp7.034 Triliun atau sekitar 60,5 persen terhadap PDB," tuturnya.

Di era digitalisasi seperti sekarang, kata dia, baru sekitar 25,5 persen UMKM yang memanfaatkan marketplace, namun 77,7 persenya masih mengalami kendala pemasaran daring.

"Untuk itu,  Bank Indonesia mendorong perbankan untuk mendukung penguatan UMKM melalui berbagai regulasi," tuturnya.

Muslimin menjelaskan, saat ini BI meluncurkan Siapik yaitu aplikasi digital bagi UMKM untuk penyusunan laporan keuangan sebagai referensi bank dalam menganalisis kelayakan pembiayaan.

"Ada juga yang terakhir juga QRIS UMKM," ucap Muslimin.

Sementara itu, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim Lutfil Hakim mengatakan sampai saat ini sektor UMKM masih mengalami sedikit ketimpangan perhatian dari pemangku kebijakan terutama dalam porsi kredit dibanding dengan korporasi besar.

"Dibandingkan antara negara-negara tetangga lainnya, penyaluran kredit UMKM Indonesia masih sangat rendah, sekitar 20 hingga 21 persen dari total pembiayaan perbankan," katanya.

Hal tersebut, menurut Lutfil, masih jauh lebih rendah dibandingkan Singapura 39 persen, Thailand 50 persen, Malaysia 51 persen, Jepang 66 persen, Korea Selatan 81 persen dan Australia 29 persen.

Oleh karena itu, dirinya berharap pihak terkait bisa meniru negara lain dalam membesarkan industri kecil dan kreatif di negaranya.

"Seperti Korea Selatan yang berhasil menjadikan industri kecil menengah dan industri kreatif sebagai backbone perekonomian negaranya," ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, ada juga beberapa strategi yang Korea Selatan jalankan yakni Smart SME's, K brand, Inclusive companies program dan global colaboration.

"Keempat strategi itu membuat UMKM Korea lebih kuat," tuturnya.

Baca juga: Gubernur: UMKM sumbang 58,36 persen PDRB Jatim

Baca juga: Apindo menggandeng tiga kampus naikkan kelas UMKM Jatim


 

Pewarta: Abdul Hakim/Naufal Ammar Imaduddin
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023