Buenos Aires (ANTARA) - Tingkat inflasi tahunan Argentina melonjak menjadi 124,4 dolar AS pada Agustus dan mencapai level tertinggi sejak 1991, memicu krisis biaya hidup yang menyakitkan di negara Amerika Selatan tersebut.

Melonjaknya harga-harga, yang lebih tinggi dari perkiraan, memaksa pembeli yang terpukul untuk menghadapi tantangan harian guna menemukan penawaran dan pilihan yang lebih murah karena kenaikan harga meninggalkan perbedaan besar dari satu toko ke toko lainnya, dengan diskon yang tersebar untuk memikat pembeli.

Angka inflasi bulanan pada Agustus sebesar 12,4 persen – angka yang cukup mengejutkan bahkan sebagai angka tahunan di sebagian besar negara di seluruh dunia – mendorong tingkat kemiskinan melampaui 40 persen dan memicu kemarahan pada elit politik tradisional menjelang pemilu Oktober.

Setiap hari barang-barang menjadi semakin mahal, seperti selalu berpacu dengan waktu, mencari dan mencari,” kata Laura Celiz saat berbelanja bahan makanan di Tapiales di pinggiran Buenos Aires. "Anda membeli apa pun yang lebih murah di satu tempat dan pergi ke tempat berikutnya dan membeli sesuatu yang lain."

Suaminya, Fernando Cabrera, 59, sedang menghitung dengan kalkulator untuk membandingkan harga buah dan sayur. “Dengan cara ini kami mencoba untuk mengalahkan inflasi atau setidaknya sedikit bersaing dengannya,” tambahnya.

Jajak pendapat para analis bank sentral, yang dirilis setelah data tersebut, memperkirakan inflasi pada akhir tahun akan berada di atas 169 persen, peningkatan tajam dari perkiraan sebulan sebelumnya sebesar 141 persen. Mereka memperkirakan inflasi bulanan sebesar 12 persen pada September dan 9,1 persen pada Oktober.

Argentina terjebak dalam siklus krisis ekonomi, dengan hilangnya kepercayaan terhadap peso yang menyebabkan depresiasi terus-menerus, inflasi tiga digit, cadangan bank sentral negatif, dan perekonomian yang lesu akibat kekeringan yang melanda sektor pertanian.

Negara ini juga sedang berjuang untuk menyelamatkan kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan menghadapi kemungkinan tuntutan hukum senilai 16 miliar dolar AS setelah keputusan pengadilan AS terkait pengambilalihan perusahaan energi YPF oleh negara satu dekade lalu.

Hal ini berdampak pada persaingan menuju pemilihan presiden bulan depan, dengan libertarian radikal Javier Milei menjadi kandidat terdepan di depan calon menteri ekonomi Sergio Massa dan Patricia Bullrich yang konservatif.

Dan inflasi sendiri masih bisa menjadi lebih buruk di tengah ketidakpastian pemilu, yang telah menghidupkan kembali ingatan akan hiperinflasi pada tahun 1980-an di antara mereka yang pernah mengalaminya.

"Beberapa perkiraan mengatakan inflasi bisa meningkat hingga 180 persen, itulah sebabnya kita berbicara tentang rekor tingkat inflasi," kata analis ekonomi lokal Damian Di Pace, seraya menambahkan bahwa negara-negara lain di kawasan ini melihat inflasi mereda.

"Sementara negara-negara Amerika Latin lainnya mengalami inflasi satu digit, Argentina sudah mencapai tiga digit."

Massa, yang telah memotong pajak untuk mengurangi dampak inflasi terhadap pekerja, mengatakan pada Rabu (13/9/2023) malam bahwa Agustus adalah bulan "yang paling sulit", dan menuding IMF.

"Devaluasi mata uang sebesar 20 persen yang diberlakukan oleh IMF, kami tahu hal itu akan merugikan kantong seluruh keluarga Argentina," katanya, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Argentina mendapat pencairan dana 7,5 miliar dolar AS dari IMF
Baca juga: Kekang inflasi, Argentina akan bekukan harga BBM hingga 31 Oktober

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023