Jakarta (ANTARA) -
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) optimistis Kurikulum Merdeka dapat diterapkan menjadi kurikulum nasional pada tahun 2024.
 
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbudristek, Anindito Aditomo menyatakan sebanyak 80 persen sekolah di semua jenjang di seluruh Indonesia sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.
 
"80 persen sekolah di Indonesia sudah mengadopsi Kurikulum Merdeka untuk menggantikan kurikulum sebelumnya, hal ini terus berkembang sejak awal 2022, saat Kurikulum Merdeka kita kenalkan kepada satuan pendidikan," kata Anindito dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kemendikbudristek: Implementasi Kurikulum Merdeka capai 80 persen
 
Anindito mengatakan proses implementasi Kurikulum Merdeka mulai diterapkan secara bertahap pada tahun 2020. Kurikulum ini diuji coba pada 3.000 sekolah di Indonesia, termasuk di kawasan Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
 
Selanjutnya, pada tahun 2022, Kemendikbudristek membuka pendaftaran implementasi Kurikulum Merdeka kepada setiap satuan pendidikan. Hasilnya, sebanyak 140 ribu satuan pendidikan secara sukarela menerapkan Kurikulum Merdeka.
 
Untuk tahun ini, kata dia, Kemendikbudristek kembali membuka pendaftaran yang menarik 160 ribu satuan pendidikan. Secara total, lebih dari 300 ribu satuan pendidikan sudah menerapkan Kurikulum Merdeka.
 
"Bahkan, sebelum Kurikulum Merdeka ini ditetapkan sebagai kurikulum nasional, data menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka diterima dengan baik oleh satuan pendidikan," kata Anindito.
 
Ia memastikan Kurikulum Merdeka memberikan fleksibilitas bagi satuan pendidikan untuk merancang kurikulum operasional yang sesuai dengan visi, misi, serta kebutuhan belajar para peserta didik.
 
Dengan fleksibilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Baca juga: Kemendikbudristek-DPR-RI gencar sosialisasi Kurikulum Merdeka

"Fleksibilitas Kurikulum Merdeka menuntut inisiatif, keaktifan, dan kepercayaan diri ibu dan bapak guru untuk merancang kurikulum operasional sendiri," ujarnya.
 
Guna mempermudah pendidik dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, Kemendikbudristek menyediakan ragam contoh kurikulum operasional, modul ajar, dan dokumen lainnya di Platform Merdeka Mengajar.
 
"Tidak ada kewajiban bagi satuan pendidikan untuk membuat dokumen-dokumen baru dari nol. Perubahan kurikulum ini bukan soal administrasi, tetapi perbaikan kualitas pembelajaran," ujar Nino.
 
Implementasi Kurikulum Merdeka juga disambut baik satuan pendidikan. Kepala Sekolah Dasar Kemala Bhayangkari 01 Balikpapan Baharudin mengatakan Kurikulum Merdeka memiliki perbedaan dengan Kurikulum 2013, karena menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
 
Menurutnya, Kurikulum Merdeka memberikan ruang yang seluasnya bagi pendidik dan peserta didik untuk berkolaborasi dalam merancang pembelajaran, mulai dari perencanaan hingga hasil yang ingin dicapai bersama.
 
"Berkat implementasi Kurikulum Merdeka, anak menjadi senang, guru menjadi tenang, dan orang tua menjadi bahagia sesuai dengan motto sekolah. Kenapa anak-anak senang? Karena mereka dilibatkan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan tahap asesmen yang dahulu tidak seperti itu," kata Baharudin.

Baca juga: Kemendikbud: Empat aspek Merdeka Belajar menginspirasi negara ASEAN

Baca juga: Peningkatan kompetensi guru dukung penerapan Kurikulum Merdeka
 
Baharudin mengatakan inti dari implementasi Kurikulum Merdeka adalah agar pembelajaran disesuaikan dengan tingkat kompetensi peserta didik di setiap kelasnya.
 
Dalam setahun terakhir ini, para guru juga memiliki rapor masing-masing untuk mengetahui progres dari implementasi Kurikulum Merdeka.
 
"Jadi, Kurikulum Merdeka dirancang sedemikian rupa agar anak-anak lebih nyaman ketika belajar. Kemudian, tidak dipaksa buru-buru untuk menguasai suatu pelajaran," ujarnya.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023