Manila (ANTARA) - Tagihan listrik akan menjadi beban tambahan bagi warga Filipina yang tengah menderita akibat kenaikan harga beras, sayuran, dan bahan pangan lainnya.

Manila Electric Company (Meralco), perusahaan distribusi listrik swasta terbesar di Filipina yang melayani 7,7 juta pelanggan, pekan lalu mengumumkan kenaikan tarif listrik sebesar sekitar 0,5 peso (1 peso Filipina = Rp270) atau sekitar 0,008 dolar AS (1 dolar AS = Rp15.367) per kWh mulai September.

Kenaikan mendadak yang mengejutkan banyak konsumen itu dapat memicu pengeluaran tambahan sebesar 100 peso Filipina untuk rumah tangga yang mengonsumsi 200 kWh listrik per bulan.

Mariah Companero (22), yang merupakan pencari nafkah bagi keluarganya yang beranggotakan tujuh orang dari Provinsi Laguna, sebelah selatan Manila, mengatakan bahwa kenaikan tarif ini "mungkin terdengar kecil, namun dalam skala yang lebih besar, terutama untuk tagihan-tagihan yang besar, ini merupakan tambahan biaya yang cukup signifikan."

Kenaikan tarif listrik tersebut dapat berkontribusi lebih lanjut terhadap kenaikan inflasi yang melonjak ke angka 5,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Agustus dari 4,7 persen pada Juli.

Tarif listrik di Filipina memang masih menjadi salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara. Di Metro Manila, rata-rata tarif listrik mencapai sekitar 12 peso per kWh, jauh di atas wilayah ibu kota lainnya di kawasan itu. Masyarakat di daerah pedesaan bahkan harus membayar tarif yang lebih tinggi lagi meskipun pendapatan mereka lebih rendah.

David Dumanaiz (61), seorang pengemudi kendaraan roda tiga di San Pedro, Provinsi Laguna, khawatir akan dampak kenaikan tarif listrik mendatang terhadap anggaran bulanan keluarganya.

"Tagihan listrik kami bulan lalu mencapai 5.700 peso. Jika tarif listrik terus naik, itu akan mengganggu arus anggaran bulanan kami," katanya kepada Xinhua.

Meralco mengaitkan kenaikan ini dengan kenaikan biaya produksi yang mengalami lonjakan sebesar 0,43 peso per kWh. "Melemahnya nilai tukar peso Filipina terhadap dolar AS juga turut berkontribusi karena banyak produsen listrik menggunakan mata uang dolar AS," imbuh Wakil Presiden Meralco Joe Zaldarriaga.
 
Pedagang terlihat di sebuah pasar di Kota Quezon, Filipina pada 13 September 2023. (Xinhua/Rouelle Umali)   


Filipina sangat bergantung pada listrik tenaga batu bara tradisional dan jalur transmisi skala besar untuk memenuhi kebutuhan listriknya yang terus meningkat. Prioritas pasokan listrik ke wilayah kota mengakibatkan tarif listrik yang lebih tinggi, dan munculnya ketidaksetaraan distribusi listrik antara wilayah perkotaan dan pedesaan

Kenaikan tarif listrik itu memicu kekhawatiran di kalangan konsumen Filipina, menyoroti perlunya penggunaan energi yang bijaksana dan solusi yang berkelanjutan.

Menghemat listrik bukan hanya merupakan pilihan yang ramah lingkungan, tetapi juga dapat membantu memangkas tagihan bulanan, menawarkan solusi pragmatis untuk rumah tangga dan bisnis di Filipina.

Bryan Romero (24), seorang spesialis pemasaran, mengatakan kepada Xinhua bahwa keluarganya yang beranggotakan lima orang telah mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi penggunaan listrik di rumah demi menghemat uang.

"Kami menggunakan televisi dengan hemat dan memaksimalkan cahaya alami pada siang hari alih-alih bergantung pada lampu," kata Romero. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023