Washington (ANTARA) - Amerika Serikat pada Kamis (14/9) memperingatkan Korea Utara bahwa dukungan senjata Korut untuk Rusia tidak hanya memperpanjang perang di Ukraina tetapi juga sama dengan "secara langsung" terlibat dalam pembunuhan warga Ukraina yang tidak bersalah.

Peringatan tersebut dikeluarkan wakil juru bicara Departemen Pertahanan AS Sabrina Singh pascapertemuan antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini.

Pertemuan Kim dan Putin itu meningkatkan kemungkinan Pyongyang mengirimkan lebih banyak amunisi ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

"Negara mana pun, yang mendukung Rusia dalam perangnya yang tak beralasan di Ukraina, tidak hanya memperpanjang konflik tetapi juga secara langsung terlibat dalam pembunuhan warga sipil, pejabat, dan orang-orang Ukraina yang tak bersalah di medan perang," kata Singh.

"Kami sudah sangat terbuka mengenai peringatan kami kepada Korut... Kami akan mendorong agar Korut tidak membuat kesepakatan dengan Rusia," katanya saat konferensi pers. 

Ketika mengomentari pernyataan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu baru-baru ini tentang kemungkinan latihan militer gabungan dengan Korut, Singh mengatakan kemungkinan tersebut tidak akan memengaruhi latihan bilateral dan trilateral di antara Seoul, Washington, dan Tokyo.

"Setelah KTT di Camp David, Anda telah melihat komitmen ketiga pemimpin masing-masing negara untuk terus terlibat dan mendukung satu sama lain," katanya.

"Saya kira latihan apa pun antara DPRK dan Rusia tidak akan menghalangi kemajuan kami atau hubungan kami sendiri dengan ROK atau Jepang."

DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea, dan ROK merupakan nama resmi negara Korea Selatan. 

Pada Agustus, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol beserta Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melakukan KTT trilateral pertama ketiga negara itu di tempat peristirahatan presiden AS, Camp David, di pinggiran Washington.

Mereka membuat sejumlah kesepakatan, termasuk komitmen satu sama lain untuk saling berkonsultasi jika menghadapi ancaman bersama.

Mereka juga berkomitmen untuk mengadakan pembicaraan tiga arah antara para pemimpin, menteri luar negeri, menteri pertahanan, dan penasihat keamanan nasional sedikitnya setiap tahun.


Sumber: Yonhap-OANA

Baca juga: AS khawatir Korut kirim lebih banyak senjata ke Rusia

Baca juga: Korut kecam keputusan AS untuk memasok tank ke Ukraina


 

Kim Jong Un sebut hubungan dengan Rusia jadi prioritas

Penerjemah: Katriana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023