Islamabad (ANTARA News) - Partai mantan penguasa militer Pakistan Pervez Musharraf, yang menghadapi sejumlah kasus hukum pada masa kekuasaannya, Jumat mengumumkan akan memboikot pemilihan umum bersejarah bulan depan.

Musharraf dipermalukan sejak kembali pada Maret dari pengasingan yang diberlakukannya sendiri untuk mengambil bagian dalam pemilihan umum, dan kini ia dikenai penahanan rumah.

Seorang juru bicara All Party Muslim League mengatakan kepada AFP, keputusan itu diambil setelah sebuah pengadilan Selasa melarang pensiunan jendral tersebut mengikuti pemilu untuk selamanya.

"Kami mengharapkan keadilan dari pengadilan namun mereka malah melarang Pervez Musharraf selamanya," kata Aasia Ishaque, sekretaris urusan penerangan partai itu, kepada AFP.

"Kami berpendapat bahwa di bawah komisi pemilihan umum sekarang, pelaksanaan pemilu yang bebas dan jujur tidak akan bisa terwujud, maka kami memutuskan memboikotnya," kata wanita itu, dengan menambahkan bahwa 170 calon partai telah mengundurkan diri.

Keputusan boikot itu tampaknya tidak akan banyak berpengaruh pada hasil pemilu karena partai tersebut hanya memiliki sedikit dukungan.

Pada 25 April, Musharraf ditangkap terkait dengan pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto.

Musharraf dituduh berkomplot untuk membunuh Benazir, yang tewas dalam serangan bunuh diri dan penembakan pada Desember 2007.

Penangkapannya dan pencoretannya dari pemilihan umum 11 Mei merupakan pukulan memalukan bagi mantan penguasa militer itu, yang kembali ke Pakistan dengan janji "menyelamatkan negara".

Belum ada tersangka yang telah dinyatakan bersalah atau dipenjarakan dalam kasus pembunuhan Benazir pada 27 Desember 2007.

Pemerintah Musharraf menyalahkan pembunuhan Benazir itu pada pemimpin Taliban Pakistan Baitullah Mehsud, yang telah membantah terlibat dan tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada Agustus 2009.

Mantan pemimpin Pakistan itu tetap menjadi tokoh kontroversial selama hampir lima tahun setelah ia mengundurkan diri karena menghadapi proses pemakzulan dan tidak dianggap sebagai saingan serius dalam pemilihan umum pada Mei, dimana ia berjanji akan mengambil bagian.

Semasa bertugas, Musharraf adalah sekutu utama AS dalam "perang melawan teror", sebuah aliansi yang sangat kontroversial di Pakistan, dan ia selamat dalam sedikitnya tiga usaha pembunuhan oleh Al Qaida.

Putra Benazir, Bilawal Bhutto Zardari, ketua Partai Rakyat Pakistan, menuduh Musharraf membunuh ibunya.

Pada 2010, sebuah laporan PBB mengatakan bahwa kematian Benazir seharusnya bisa dicegah dan menuduh pemerintah Musharraf gagal memberi almarhumah perlindungan yang memadai.

Musharraf kembali ke Pakistan pada 24 Maret setelah empat tahun berada di pengasingan yang diberlakukannya sendiri, dan ia dituduh terlibat dalam pembunuhan Benazir Bhutto pada 2007, pemecatan para hakim pada 2007 dan kematian pemimpin pemberontak Baluchistan pada 2006. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013