Kita juga harus berhati-hati atas penurunan peringkat dari Standard&Poor`s karena hal tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran atas reformasi dalam bidang ekonomi."
Jakarta (ANTARA News) - Kepala ekonom Bank Danamon Anton Gunawan memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2013 hanya mencapai angka 6,06 persen secara tahunan (yoy).

"Permintaan domestik masih menjadi penyumbang utama pertumbuhan, namun ada indikasi perlambatan konsumsi swasta akibat tingginya inflasi pada triwulan I," ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.

Menurut Anton, perkiraan angka pertumbuhan rendah tersebut, akibat kenaikan upah buruh yang belum mampu meningkatkan daya beli masyarakat, selain penjualan ritel dan kendaraan yang relatif stagnan.

"Pengeluaran belanja karena adanya pilkada di beberapa daerah sedikit meredam perlambatan," katanya.

Anton menambahkan penyerapan belanja pemerintah yang lambat pada triwulan I, akibat masalah kesiapan administrasi dokumen, juga menjadi penyebab perlambatan ekonomi.

Namun, angka pertumbuhan pada triwulan I sedikit terbantu dengan membaiknya sektor investasi, walau tidak sebaik angka investasi pada periode sebelumnya.

"Realisasi fisik terlihat melambat, terlihat dari pertumbuhan konstruksi yang terganggu, akibat perlambatan penjualan bahan baku semen," katanya.

Selain itu, Anton mengatakan, impor barang modal sebagai salah satu indikasi pertumbuhan investasi juga melambat dan ikut menyebabkan rendahnya angka pertumbuhan ekonomi pada triwulan I.

"Kita juga harus berhati-hati atas penurunan peringkat dari Standard&Poor`s karena hal tersebut menunjukkan adanya kekhawatiran atas reformasi dalam bidang ekonomi," ujarnya.

Anton menambahkan kondisi ekspor yang masih berada dalam tekanan belum banyak membantu, karena tipisnya harapan pada pemulihan ekonomi global, ikut menyebabkan perlemahan pada harga komoditas.

"Setidaknya hal ini membuat sektor impor juga ikut menurun dan membantu mengatasi rendahnya kontribusi ekspor," katanya.

Sementara dari sisi produksi, sektor tersier atau industri jasa diprediksi masih menjadi salah satu mesin pertumbuhan ekonomi meskipun lebih moderat.

Sedangkan sektor pertanian pada triwulan I akan mengalami perlambatan akibat pergeseran musim tanam, dan sektor pertambangan mengalami hal yang sama, akibat implementasi pelarangan ekspor bahan mineral serta rendahnya harga komoditas.

Menurut Anton, sektor manufaktur masih berada pada tingkat yang baik, terutama dari sektor non migas, karena investasi FDI masuk pada sektor tersebut dalam dua tahun terakhir.

"Hal ini tercermin dari pertumbuhan industri besar dan menengah sebesar 8,94 persen secara tahunan (yoy) pada triwulan I," katanya.  (S034/B008)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013