karena cakupan diagnosis yang luas
Jakarta (ANTARA) - Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono meminta dokter spesialis penyakit dalam dapat berperan besar untuk menurunkan kasus penyakit tidak menular (PTM) baik di Indonesia maupun di Ibu Kota karena trennya meningkat setiap tahun.

"Dokter spesialis penyakit dalam dapat berperan besar untuk menurunkan kasus PTM karena cakupan diagnosis yang luas," kata Heru saat membuka Seminar Ilmiah Jakarta Internal Medicine in Daily Practice (JIM DACE) 2023 di Jakarta, Sabtu.

Heru menilai pandemi COVID-19 masih berdampak pada pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga penyakit menular belum bisa diatasi dengan baik dan kasus PTM cenderung meningkat setiap tahunnya.

Heru meminta para dokter terus mengikuti perkembangan keilmuan dan teknologi kedokteran, serta terus memperbarui cara pendekatan diagnosis terhadap gejala-gejala yang dialami pasien.

Menurut Heru, Jakarta tengah bertransformasi dari Ibu Nota Negara menjadi Kota Global dan pusat ekonomi Indonesia.

Baca juga: Kemenkes: Kader kesehatan berperan strategis edukasi PTM lewat PHBS

Di bidang kesehatan, Jakarta terus berbenah menjadi pusat wisata layanan kesehatan (medical tourism).

"Pelayanan kesehatan harus bisa meningkatkan rasa percaya masyarakat Jakarta yang berobat ke luar negeri," kata Heru.

Di sisi lain, rasio dokter spesialis di Jakarta sudah memenuhi standar organisasi kesehatan dunia (WHO) sehingga patut disyukuri.

Oleh karena itu, lanjutnya, hal yang perlu diupayakan bersama adalah meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Jakarta sesuai dengan standar internasional.

Ia pun mengapresiasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakarta Raya (PAPDI JAYA) atas komitmen dan konsistensi dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia dan Jakarta pada khususnya.

Baca juga: Kemenkes gandeng swasta dalam menangani diabetes di daerah terpencil

"Semoga dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, daya saing dan produktivitas dokter spesialis penyakit dalam demi terwujudnya pelayanan kesehatan berstandar internasional di Kota Jakarta," kata Heru.

Data di Indonesia menunjukkan bahwa PTM ternyata  penyebab utama kematian sejak pada 2016.

PTM bertanggung jawab atas 73 persen kematian di Indonesia dengan proporsi di antaranya penyakit kardiovaskular (35 persen), kanker (12 persen), penyakit pernapasan kronis (6 persen), diabetes (6 persen) dan risiko kematian dini lebih dari 20 persen.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) menghimpun jumlah kematian berdasarkan penyebabnya sejak 1 Januari 2017 hingga 2020/2022, terdapat jumlah kematian mencapai 8,07 juta kasus dan dari jumlah tersebut, penyebab terbanyak berasal dari sakit karena penyakit tidak menular, dengan 7,03 juta kasus.

Sementara itu penyebab lainnya adalah sakit karena penyakit menular sebanyak 231 ribu kasus. Kecelakaan lalu lintas (lalin) pun menyumbang angka kematian cukup tinggi, yakni 131 ribu kasus.

Baca juga: Kemenkes: Kasus obesitas di Indonesia melonjak dalam 10 tahun terakhir

Penyebab kematian selanjutnya adalah kecelakaan di luar lalu lintas atau kecelakaan lainnya dengan jumlah 95 ribu kasus.

Keracunan juga mendulang kasus yang tak sedikit, yakni 13 ribu kasus. Sementara penyebab kematian lainnya terhimpun sebanyak 565 ribu kasus.

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023