Yogyakarta (ANTARA News) - Aktivitas Gunung Merapi (2.965 mdpl) semakin menurun, dan bahkan pada Selasa sejak dini hari hingga pagi tidak terjadi awan panas, kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs Subandriyo. Menurut dia, Selasa, guguran lava dan awan panas tidak teramati karena terhalang kabut, tetapi dari hasil rekaman seismograf tercatat gempa guguran terjadi 60 kali dari pukul 00.00 sampai 06.00 WIB, sedangkan awan panas, gempa fase banyak atau multiphase (MP) dan gempa vulkanik dangkal serta gempa tektonik tidak terjadi. Meski aktivitasnya terus menurun, status Merapi masih 'awas'. terutama untuk sektor Kali Gendol sampai radius delapan kilometer dari puncak gunung. Ia menyebutkan dari pengamatan visual puncak gunung ini pada pagi hari berkabut. Asap solfatara berwarna putih tipis dengan tekanan lemah. Tinggi asap sekitar 500 meter, teramati dari Pos Pengamatan Merapi di Jrakah (Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah) pada pukul 05.45 WIB. Kata dia, BPPTK masih merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Kali Gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak Merapi pada jarak 300 meter dari tebing sungai-sungai itu tetap dikosongkan karena masih berpotensi terancam awan panas. Warga juga diimbau untuk menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai, dan aktivitas bertani, berkebun serta beternak di sekitar kawasan alur sungai yang berhulu di gunung itu dalam radius delapan kilometer. Pendakian ke puncak Merapi juga masih dilarang. Seperti telah diberitakan, Kepala BPPTK Yogyakarta Dr A Ratdomopurbo mengatakan pihaknya telah mengajukan usul penurunan status aktivitas Merapi dari `awas` menjadi `siaga` ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, mengingat sejak beberapa pekan terakhir gunung ini menunjukkan penurunan aktivitas, terutama awan panas dan kegempaannya. Gunung di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) itu, mulai meningkat aktivitasnya sejak April lalu. Pada 13 Mei status aktivitasnya meningkat dari `siaga` menjadi `awas`, kemudian sempat diturunkan lagi ke `siaga` pada 13 Juni, tetapi sehari kemudian yakni 14 Juni dinaikkan lagi menjadi `awas` setelah terjadi awan panas besar dengan jarak luncur hingga tujuh kilometer yang menerjang kawasan obyek wisata dan bumi perkemahan Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman, DIY. (*)

Copyright © ANTARA 2006