Standar pelayanan di area terminal peti kemas menjadi perhatian utama perusahaan....
Surabaya (ANTARA) - Perusahaan operator terminal PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) menyatakan transformasi operasional terminal peti kemas di seluruh area kerja perseroan menjadi prioritasnya.

Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra dalam keterangannya, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa, mengatakan hal itu dilakukan SPTP untuk meningkatkan pelayanan terhadap perusahaan pelayaran yang menjadi pelanggan utamanya.

"Standar pelayanan di area terminal peti kemas menjadi perhatian utama perusahaan untuk memberikan layanan yang optimal dan efisien," katanya.

Widyaswendra mengatakan, transformasi yang dilakukan perseroan menyentuh berbagai aspek. Terdapat empat tahapan transformasi terminal peti kemas yang dilakukan oleh SPTP.

Pada tahap pertama, kata dia pula, pihaknya mengidentifikasi ketimpangan layanan saat ini dengan layanan yang terstandar, melakukan penataan ulang lapangan, memenuhi kebutuhan dasar untuk kegiatan operasional dan menganalisa kondisi serta kebutuhan alat suatu terminal.

"Pada tahapan selanjutnya, kami juga melakukan standardisasi keterampilan dan pengetahuan bagi para pekerja operasional. Hal ini penting karena mereka yang akan menjalankan kegiatan operasional di lapangan," ujarnya pula.

Selain peningkatan keterampilan pekerja, pada tahap kedua transformasi mulai menyentuh aspek operasional. Kegiatan bongkar muat peti kemas di terminal dijalankan dengan berbasis perencanaan dan pengendalian (planning and control).

Pada tahap ini pula perseroan mulai melakukan pemenuhan peralatan pendukung kegiatan bongkar muat juga peningkatan infrastruktur dasar terminal peti kemas. Kepedulian dan kesadaran terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam proses transformasi.

"Terhadap pemenuhan peralatan, salah satu caranya adalah dengan optimalisasi aset. Artinya terhadap beberapa peralatan di pelabuhan asal yang pemanfaatannya kurang optimal, kami pindahkan ke pelabuhan lain yang membutuhkan. Seperti quay container crane yang kami pindahkan dari Pelabuhan Ternate ke Kaltim Kariangau Terminal juga rubber tyred gantry crane dari Kaltim Kariangau Terminal ke TPK New Makassar," ujarnya lagi.

Tahap ketiga transformasi terminal peti kemas mulai menyentuh aspek digitalisasi proses bisnis. PT Pelindo Terminal Petikemas menginisiasi penggunaan single terminal operating system (TOS) di seluruh terminal yang dikelola perseroan.

Menurutnya, penggunaan single TOS saat ini telah terimplementasi di TPK New Makassar dan TPK Ambon. Secara bertahap, single TOS ini akan diimplementasikan di terminal peti kemas lain di bawah pengelolaan SPTP.

Penggunaan single TOS diharapkan dapat mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan tepat, guna mewujudkan terminal peti kemas yang berkinerja tinggi dan juga andal.

"Tahap keempat transformasi kami sudah berbicara mengenai ekosistem kepelabuhanan. Seperti pertukaran data dengan pemangku kepentingan dan perusahaan pelayaran, pemilik barang, ekspedisi, perbankan," katanya.

Hingga tahun 2023 ini, PT Pelindo Terminal Petikemas telah menyelesaikan proses transformasi di 11 terminal, yakni TPK Sorong, TPK Nilam, Tanjung Priok 1 Zona 3, TPK Jayapura, TPK Tarakan, TPK Pantoloan, TPK Kupang.

Selanjutnya, TPK Ambon, TPK Belawan, TPK New Makassar, TPK Perawang. Terminal peti kemas yang saat ini masih proses transformasi TPK Bitung dan TPK Semarang.

Kepala PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Cabang Jayapura Slamet Sampurno merasakan manfaat transformasi yang dilakukan oleh SPTP.

Dia menyebut kinerja bongkar muat pada tahun 2021 berkisar 26 boks setiap jam (B/S/H) kini berkisar rata-rata 32 boks setiap jam.

Salah satu kapal yang dikelola pelayaran SPIL bahkan menyelesaikan bongkar muat peti kemas sebanyak 650 boks dalam waktu kurang lebih 11 jam.

"Kinerja operasional sudah semakin baik, kapal SPIL rata-rata 5 kali kedatangan di TPK Jayapura dengan rata-rata muatan 600-800 boks," katanya lagi.

Transformasi terminal peti kemas juga dirasakan oleh pengguna jasa di TPK Belawan, Sumatera Utara. General Manager PT Tanto Intim Line Bustanul Arifin Siregar mengatakan kinerja bongkar muat di TPK Belawan mengalami peningkatan hingga rata-rata mencapai 45 BSH (bongkar muat peti kemas pada 1 kapal dalam 1 jam).

Ia menyebut dalam 1 bulan perusahaan pelayaran PT Tanto Intim Line memiliki 11 jadwal kedatangan kapal dengan rata-rata bongkar muat sebanyak 1.300-1.600 TEUs.

"Dengan peningkatan kinerja bongkar muat tersebut, waktu sandar kapal (port stay) menjadi lebih cepat, sehingga bisa segera berangkat untuk menuju ke pelabuhan selanjutnya, kami harapkan kinerja ini bisa tetap terjaga dan dapat ditingkatkan," katanya pula.

Pengamat maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Saut Gurning menyambut baik pengoperasian terminal peti kemas dalam satu entitas subholding PT Pelindo Terminal Petikemas.

Hal itu akan mempermudah proses perencanaan dan koordinasi, sehingga setiap terminal memiliki keseragaman. Standardisasi dan kesamaan proses bisnis menjadi satu perhatian yang harus segera diselesaikan oleh perseroan.

"Kinerja operasional juga perlu ditingkatkan, agar waktu kapal di terminal lebih cepat atau dipangkas, sehingga tujuan menekan biaya dan meningkatkan kinerja logistik dapat tercapai," katanya pula.
Baca juga: SPTP meremajakan sistem pendukung operasional di TPK Ambon
Baca juga: Pelindo sebut layanan Terminal Peti Kemas kembali normal

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023