Redenominasi akan mengurangi penyesuaian perangkat keras dan lunak dalam mengakomodasi digit angka yang semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya dapat mengakomodasi 15 digit angka, sementara nilai APBN telah mencapai 16 digit,"
Jakarta (ANTARA News) - Redenominasi nilai rupiah akan memberikan dampak positif bagi dunia perbankan karena akan terjadi efisiensi perekonomian terutama digit angka yang semakin kecil, kata seorang ekonom.

"Redenominasi akan mengurangi penyesuaian perangkat keras dan lunak dalam mengakomodasi digit angka yang semakin besar. Saat ini, kemampuan komputer hanya dapat mengakomodasi 15 digit angka, sementara nilai APBN telah mencapai 16 digit," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti di Jakarta, Selasa.

Bank Mandiri saja, kata Destry, transaksi setiap hari mencapai Rp40 triliun, sementara secara keseluruhan transaksi perbankan di Indonesia sudah mencapai Rp400 triliun per hari.

Bila denominasi rupiah tidak disederhanakan, sementara transaksi semakin meningkat dan nilainya semakin besar, Destry mengatakan sistem teknologi informasi di komputer perbankan dan lainnya dipastikan akan "hang".

"Bagi dunia perbankan, redenominasi pasti akan menimbulkan biaya. Tapi biayanya tidak signifikan. Justru manfaat ke depan lebih besar," tuturnya.

Karena itu, Destry memaparkan redenominasi akan menciptakan efisiensi dalam proses pencatatan, penyimpanan, pengelolaan dan pelaporan data dalam laporan keuangan atau statistik.

"Redenominasi juga mengurangi hambatan dan kendala teknis berupa kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau kegiatan statistik lainnya," ujarnya.

Di sisi lain, Destry mengatakan persepsi atau kepercayaan masyarakat terhadap uang rupiah juga akan lebih tinggi karena harga berubah pada kisaran yang sempit. Redenominasi juga mengurangi risiko "currency substition" yang selanjutnya mendukung nilai rupiah yang lebih stabil.

"Bagi masyarakat Indonesia, redenominasi juga akan mendukung kesetaraan ekonomi dengan kawasan lain dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Saat ini, denominasi rupiah sangat tinggi bila dibandingkan negara ASEAN lainnya," ucapnya.

Destry Damayanti menjadi salah satu pembicara pada Seminar "Siapkah Indonesia Menghadapi Redenominasi?" yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntasi Institut Perbanas di Auditorium Perbanas, Jakarta.

Selain Destry, pembicara lainnya adalah Direktur Eksekutif Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Iskandar Simorangkir dan pakar ekonomi Universitas Indonesia Jakarta Telisa Aulia Falianty. (*)

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013