MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina
Kabupaten Badung, Bali (ANTARA) - BP Berau Ltd. dan PT Kilang Pertamina Internasional menandatangani nota kesepahaman atau MoU untuk kerja sama dalam mendukung studi yang akan dilakukan Pertamina mengenai potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Lapangan Tangguh, Papua Barat.

Studi itu terkait dengan potensi pengembangan amonia biru di Teluk Bintuni, Papua Barat.

"Sebagai perusahaan energi yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari lima dekade, kami dengan bangga mendukung Pertamina dan Pemerintah Indonesia dalam agenda net zero melalui potensi pasokan gas dan injeksi CO2 di Tangguh. MoU ini menandakan kerja sama strategis kami dengan Pertamina," kata BP Regional President Asia Pacific, Gas & Low Carbon Energy Kathy Wu dalam keterangan yang diterima di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.

Nota kesepahaman tersebut ditandatangani pada acara International Convention of Indonesian Upstream Oil and Gas (ICIUOG) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Rabu.

Adapun dalam penandatanganan nota kesepahaman itu, Berau Ltd. merupakan operator Tangguh dan bertindak atas nama Kontraktor Kontrak Kerja Sama Bagi Hasil (PSC) Tangguh.

Sedangkan, Kilang Pertamina Internasional ialah anak perusahaan PT Pertamina (Persero).

Sementara itu, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional Taufik Aditiyawarman menyatakan Kilang Pertamina Internasional berkomitmen untuk menyelesaikan trilema energi dengan menyediakan energi yang tidak hanya mencukupi dan terjangkau tetapi juga berkelanjutan bagi negara dengan agresif mengeksplorasi energi bersih alternatif baru.

"Termasuk amonia biru, yang merupakan salah satu pendorong utama produksi listrik bersih dengan co-firing," ucap Taufik.

Sebagai pelaku usaha bidang refinery dan petrokimia hilir, kata dia, kolaborasi Kilang Pertamina Internasional dengan perusahaan hulu migas untuk membawa teknologi carbon capture storage (CCS) merupakan faktor penting dalam mencapai sertifikasi biru dengan mengurangi lebih dari 70 persen emisi CO2 dari proses produksi amonia.

"MoU ini merupakan awal dari upaya kolaboratif antara Pertamina dan BP untuk mendukung agenda net zero yang telah menjadi komitmen penting pemerintah Indonesia," kata Taufik.

Studi yang dilakukan oleh Pertamina bertujuan untuk mendukung potensi pertumbuhan dalam industri petrokimia, khususnya di Papua Barat sebagai upaya untuk membantu meningkatkan ekonomi lokal.

Nota kesepahaman tersebut juga membuka jalan bagi BP dan Pertamina dalam mendukung transisi energi dengan menyediakan produk energi bersih melalui Tangguh carbon capture utilization and storage (CCUS).

Proyek Tangguh CCUS yang dilakukan oleh BP telah mendapatkan persetujuan plan of development (PoD) dari Pemerintah Indonesia pada 2021 dengan pekerjaan front-end engineering and design (FEED) yang sedang berlangsung dan rencana persetujuan proyek dalam waktu dekat.

Pertamina menyebut Tangguh berada pada posisi yang tepat dan memiliki potensi untuk menjadi pusat CCS pertama di Tanah Air bagi penghasil emisi baik domestik maupun internasional.

Saat ini, Pertamina juga sedang mempelajari peluang untuk mengoptimalkan potensi pasokan gas di Teluk Bintuni, Papua Barat, serta memanfaatkan Tangguh CCUS untuk memproduksi amonia biru sebagai salah satu alternatif energi bersih untuk masa depan.

Baca juga: Kementerian ESDM dan SKK Migas cek proyek gas nasional Bintuni
Baca juga: Amman gandeng Pertamina teken perjanjian pasok LNG smelter


Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023