Jakarta (ANTARA) - Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian Merrijantij Pungguan Pintaria mengatakan, industri mebel berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, sebab mampu menghasilkan produk berkualitas ekspor.

 

“Produksi kayu dan mebel di Indonesia tidak hanya mempengaruhi ekspor, tetapi juga memenuhi pasar dalam negeri,” kata Merri saat Pameran The International Furniture Manufacturing Components and Woodworking Machinery Exhibition (IFMAC & WOODMAC) di Jakarta, Rabu.


Merri mengatakan, industri kayu dan mebel Indonesia memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) non-migas dengan nilai ekspor mencapai 4,66 miliar dolar AS pada 2022.

 

“Industri tersebut menjadi salah satu subsektor industri berbasis agro yang memberikan kontribusi sebesar 4 persen terhadap PDB negara,” ungkap Merri.

 

Sementara itu, lanjut Merri, khusus industri mebel memberikan kontribusi sebesar 1,30 persen dengan ekspor senilai 2,47 miliar dolar AS.

 

Merri mengatakan bahwa Industri kayu dan mebel Indonesia dikuatkan oleh faktor-faktor penting, termasuk ketersediaan bahan baku yang melimpah seperti kayu, rotan, dan bambu.

 

Menurut Merri, kebijakan larangan ekspor bahan baku kayu dan rotan mendukung perkembangan industri. Kemudian, penerapan teknologi yang semakin canggih dalam pembuatan kayu rekayasa juga telah meningkatkan produksi.

 

"Selain itu, perbaikan rantai pasokan bahan baku dan ketersediaan tenaga kerja yang memadai turut memberikan dukungan yang signifikan," ujar dia.

 

Menurut data Future Market Insights, nilai pasar kayu lapis pada 2033 diperkirakan mencapai 156,9 miliar dolar AS atau tumbuh 6 persen dibandingkan dengan 2023.

 

Hal ini menurut Merri dipicu oleh meningkatnya permintaan untuk proyek konstruksi, infrastruktur, dan pengembangan industri.

 

Sementara itu, berdasarkan data dari Fortune Business Insights, nilai pasar mebel global pada 2022 mencapai 517 miliar dolar AS di mana pasar Asia Pasifik menyumbang sekitar 50 persen dari total nilai tersebut dan diperkirakan bahwa nilai pasar mebel global akan terus meningkat menjadi sekitar 541 miliar AS pada tahun 2023 dengan kayu tetap mendominasi sektor mebel dengan 63 persen pangsa pasar.

 

Merri mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi oleh industri kayu dan mebel Indonesia adalah keterbatasan mesin-mesin canggih. Menyikapi hal tersebut, Kementerian Perindustrian menyediakan program pengembalian biaya untuk pembelian mesin.

 

Di samping itu, pemerintah juga mendorong pengembangan industri mesin dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan industri kayu dan mebel, sehingga kualitasnya dapat naik dan meningkatkan nilai ekspor nasional.

 

Pemerintah berharap bahwa pameran seperti IFMAC & WOODMAC 2023 akan membawa akses kepada teknologi mesin yang lebih mutakhir, hemat energi, dan mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi.

 

Pewarta: Rara Candrika
Editor: Sella Panduarsa Gareta
Copyright © ANTARA 2023