Orang-orang memilih apa yang ingin mereka lihat yang jelas lebih mengarah ke sisi negatif, jadi saya pikir sentimen hari ini akan lebih condong ke arah merah
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia melemah pada awal perdagangan Kamis, mengikuti jejak Wall Street semalam, merosot secara keseluruhan karena investor menafsirkan pernyataan kebijakan terbaru Federal Reserve AS sebagai sinyal suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,6 persen, dengan indeks acuan Hang Seng di Hong Kong merosot 0,8 persen dan indeks Nikkei Jepang tergelincir 1,0 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor dua tahun naik ke level tertinggi dalam 17 tahun di 5,1970 persen.

"Orang-orang memilih apa yang ingin mereka lihat yang jelas lebih mengarah ke sisi negatif, jadi saya pikir sentimen hari ini akan lebih condong ke arah merah," kata Ben Luk, ahli strategi multi-aset senior di State Street Global Markets.

Nada keseluruhan dari pertemuan terakhir The Fed tidak terlalu hawkish namun ada dua kejutan, katanya.

Proyeksi untuk tahun 2024 sedikit lebih tinggi dari perkiraan umum dan pernyataan Fed menyiratkan pandangan bahwa pertumbuhan makroekonomi akan bertahan sekalipun suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, kata Luk, dikutip dari Reuters.

Bank sentral AS mempertahankan suku bunga pada Rabu (20/9/2023) dan memproyeksikan kenaikan pada akhir tahun, dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter kemungkinan akan lebih ketat secara signifikan hingga tahun 2024 dibandingkan perkiraan sebelumnya.

Perkiraan median untuk suku bunga dana federal adalah 5,1 persen pada akhir tahun, dibandingkan perkiraan 4,6 persen pada Juni.

Sekalipun inflasi melambat selama sisa tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang, The Fed hanya mengantisipasi penurunan awal suku bunga kebijakannya dalam jumlah kecil.

Revisi naik terhadap perkiraan tingkat suku bunga rata-rata para pembuat kebijakan AS untuk beberapa tahun ke depan memicu rebound dolar AS, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS ke level tertinggi dalam beberapa tahun, meratakan kurva imbal hasil, dan membuat saham-saham anjlok.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sejumlah enam mata uang rivalnya, naik setinggi 105,59 pada Kamis pagi, yang terkuat sejak 9 Maret, mendorong yen mendekati level terlemahnya sejak November.

Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun yang menjadi acuan naik menjadi 4,4310 persen, tertinggi dalam 16 tahun.

Indeks-indeks saham utama AS melemah. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 turun 0,12 persen di awal waktu Asia.

Investor sekarang menunggu keputusan kebijakan moneter dari Indonesia, Filipina dan Taiwan pada Kamis, sementara seruan yang seimbang dari Bank Sentral Inggris juga akan memberikan arahan ke pasar Asia.

Di pasar komoditas, minyak mentah AS turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 89,21 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent juga melemah menjadi diperdagangkan pada 93,12 dolar AS per barel. Sementara itu, emas sedikit lebih rendah, dengan emas spot diperdagangkan pada 1.928,94 dolar AS per ounce.

Baca juga: IHSG ditutup menguat di tengah pelemahan bursa kawasan Asia
Baca juga: Saham Tokyo berakhir lebih rendah jelang hasil pertemuan Fed
Baca juga: Saham China ditutup lebih rendah, indeks Shanghai merosot 0,52 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023