Neraca kami menunjukkan defisit lebih dari 2 juta barel per hari hingga kuartal keempat tahun ini
Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah mencatat penurunan terbesar dalam sebulan di sesi sebelumnya, karena ekspektasi kenaikan suku bunga AS mengimbangi dampak penurunan stok minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November tergelincir 71 sen atau 0,76 persen, menjadi diperdagangkan di 92,82 dolar AS per barel pada pukul 06.08 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut 70 sen atau 0,78 persen, menjadi diperdagangkan di 88,96 dolar AS per barel, terendah sejak 14 September.

"The Fed mempertahankan suku bunga tidak berubah pada pertemuan FOMC kemarin, seperti yang diperkirakan secara luas. Namun, hal itu masih dipandang sebagai jeda yang hawkish, yang memberikan tekanan pada aset-aset berisiko seperti minyak," kata analis ING dalam catatan kliennya.

Federal Reserve AS mempertahankan suku bunga setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), namun memperketat sikap hawkish-nya dengan proyeksi kenaikan suku bunga pada akhir tahun yang dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar secara keseluruhan.

Para pengambil kebijakan The Fed masih memperkirakan kisaran suku bunga acuan overnight bank mencapai puncaknya tahun ini pada 5,50 persen hingga 5,75 persen, seperempat poin persentase di atas kisaran saat ini.

Sikap hawkish juga menyebabkan dolar AS melonjak ke level tertinggi sejak awal Maret, memberikan tekanan turun pada harga minyak. Dolar yang lebih kuat biasanya membuat komoditas seperti minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Pasar energi tidak banyak bereaksi terhadap data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (20/9/2023) yang menunjukkan persediaan minyak mentah turun sesuai ekspektasi minggu lalu, dengan beberapa analis mengatakan penurunan tersebut lebih kecil dari perkiraan mereka.

Data EIA menunjukkan stok AS turun 2,14 juta barel pada minggu lalu, jauh di bawah penurunan 5,25 juta barel yang dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API). Penurunan persediaan yang mengecewakan memberikan dorongan bagi para pedagang untuk mengunci keuntungan menyusul kenaikan 10 persen sejak awal bulan ini," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Penurunan stok terutama didorong oleh kuatnya ekspor minyak, sementara persediaan bensin dan solar berkurang karena penyulingan memulai pemeliharaan tahunan pada musim gugur, kata EIA dalam laporan mingguannya.

Namun, penurunan harga dibatasi oleh kekhawatiran yang terus berlanjut terhadap ketatnya pasokan global memasuki kuartal keempat, dengan stok minyak mentah di Cushing - pusat pengiriman WTI - berada pada titik terendah sejak Juli 2022 dan pengurangan produksi terus dilakukan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. bersama-sama disebut OPEC+.

Beberapa analis masih memperkirakan harga akan tetap terdukung dalam waktu dekat.

"Beberapa penarikan lagi dapat menghidupkan kembali pembicaraan mengenai tank yang mencapai batas operasional minimumnya… Dengan pengurangan produksi oleh Arab Saudi dan aliansi OPEC+ yang lebih luas diperkirakan akan tetap ada hingga sisa tahun ini, persediaan kemungkinan akan menyentuh rekor terendah," kata analis ANZ.

"Neraca kami menunjukkan defisit lebih dari 2 juta barel per hari hingga kuartal keempat tahun ini," kata analis ING Warren Patterson, dikutip dari Reuters.

"Keterbatasan ini, bersama dengan margin penyulingan yang kuat (sebagian besar disebabkan oleh ketatnya produksi penyulingan kelas menengah) menunjukkan bahwa harga minyak kemungkinan akan mengalami penguatan lebih lanjut dalam jangka pendek," katanya.

Baca juga: Minyak turun di Asia jelang banyak bank sentral arahkan suku bunga
Baca juga: Persediaan minyak mentah AS turun, data minyak bumi lainnya beragam
Baca juga: Harga minyak jatuh setelah Fed pertahankan suku bunga tak berubah

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023