Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Timur menilai bahwa keluarga dan sekolah merupakan benteng utama dalam mencegah munculnya sikap intoleransi dan radikalisme.

Ketua FKTP Jawa Timur, Hesti Armiwulan, di Malang, Jawa Timur, Kamis, mengatakan, dengan menanamkan nilai toleransi dan perdamaian sejak dini dalam keluarga, sekolah, serta perguruan tinggi, merupakan langkah untuk mencegah intoleransi dan radikalisme.

Baca juga: Kemenkominfo siap tangkal hoaks hingga radikalisme jelang Pemilu 2024

"Penting untuk menumbuhkan kepedulian, kepekaan dan pencegahan di lingkungan sekitar dari pengaruh radikalisme dan ancaman terorisme," kata dia.

Selain itu, lingkungan keluarga dan sekolah juga dinilai perlu untuk memberikan penguatan wawasan kebangsaan dan pemikiran keagamaan yang inklusif untuk mencegah munculnya sikap intoleransi dan radikalisme.

Dalam upaya untuk melakukan deteksi dini dengan memberdayakan seluruh komponen masyarakat, guna mencegah penyebaran paham radikal melalui kegiatan pengajian yang eksklusif, perlu adanya upaya literasi digital agar memiliki pemahaman yang inklusif.

Baca juga: Kalteng integrasikan kurikulum pencegahan ekstremisme pada pendidikan

"Melakukan pengawasan dan pendampingan dalam penggunaan internet. Mencermati materi ajar atau perkuliahan dan melaporkan apabila ada materi yang tidak sesuai dengan semangat Indonesia," tambahnya.

Kemudian, untuk mencegah tindak pidana terorisme, lanjutnya, pemerintah perlu melakukan langkah antisipasi secara terus menerus yang dilandasi dengan prinsip perlindungan hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian.

"Kesiapsiagaan nasional merupakan suatu kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana terorisme melalui proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan," tuturnya.

Baca juga: BNPT ajak generasi muda tangkal radikalisme melalui musik

Kesiapsiagaan nasional dimaksud adalah dengan melakukan berbagai upaya melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur, pelindungan dan peningkatan sarana prasarana, pengembangan kajian terorisme, serta pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.

Sementara itu, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto, menambahkan, pentingnya upaya penanaman bela negara bagi generasi muda untuk memunculkan rasa memiliki Indonesia.

"Generasi muda, khususnya siswa-siswi SMA dan SMK serta usia sebaya, harus tegas menolak dan memberantas penyebaran ajaran atau paham yang bertentangan dengan Pancasila," tuturnya.

Baca juga: BNPT resmikan Warung NKRI pertama di Bali untuk tangkal radikalisme

Selain itu, ditanamkan nilai berjiwa merah-putih yang selalu mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan pribadi supaya persatuan dan kesatuan bangsa tetap kokoh.

"Tidak berpuas diri, peluang harus selalu kita ciptakan, untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia, sejajar dengan bangsa maju," tutur dia.

Pada kegiatan Sosialisasi Bahaya Intoleransi, Radikalisme dan Narkoba bagi Generasi Muda, yang diikuti oleh ratusan siswa SMA dan SMK di wilayah Badan Koordinasi Wilayah Malang tersebut, merupakan upaya untuk mencegah munculnya sikap intoleransi dan radikalisme.

Baca juga: Kiat tangkal radikalisme di sekolah

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2023