Multan, Pakistan (ANTARA News) - Sejumlah orang bersenjata menculik seorang putera mantan perdana menteri Pakistan Kamis, hari terakhir kampanye untuk pemilihan presiden yang Taliban telah berjanji akan menyerang dengan para pembom bunuh dirinya.

Ali Haider Gilani diculik di bawah desingan peluru di pinggiran kota Mulan di Provinsi Punjab. Kepolisian mengatakan sekretarisnya tewas dan lima orang luka-luka, termasuk salah satu pengawalnya.

"Orang-orang datang dengan satu sepeda motor. Mereka juga bawa satu mobil. Dengan kendaraan itu mereka melepaskan tembakan dan menculik Ali Haider, putera Yousuf Raza Gilani, dan melarikannya dengan satu sepeda motor Honda hitam," kata Khurram Shakur, seorang perwira polisi, kepada wartawan.

Keluarga mantan perdana menteri itu adalah salah satu yang paling kuat di Multan dan klan kunci dalam Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang berkampanye untuk pemilihan kembali telah dihujani ancaman-ancaman oleh Taliban Pakistan.

Militan itu, yang tak setuju dengan pemilihan karena mereka nilai tak Islami, mengatakan mereka telah menempatkan para pembom bunuh diri untuk melancarkan serangan-serangan pada saat pemungutan suara Sabtu.

Belum ada pihak yang bertanggung jawab atas penculikan Ali Haider Gilani, seorang calon dewan provinsi untuk PPP yang sekuler. Dua saudara laki-lakinya yang lain juga mencalonkan diri untuk dewan nasional.

Kakak Ali Haider, Ali Musa berbicara kepada wartawan dengan berlinar air mata setelah penculikan itu.

"Kami inginkan saudara kami kembali malam ini. Jika kami tidak mendapatkannya, kami tidak akan mengizinkan pemilihan diadakan di kawasan kami," katanya.

Mantan PM Gilani didiskualifikasi setelah dipecat dan diadili oleh Mahkamah Agung tahun lalu karena menolak untuk membuka kembali kasus-kasus korupsi terhadap presiden.

"Kami tak diberi atmosfir kondusif," katanya kepada wartawan di Islamabad, ibu kota Pakistan, setelah penculikan itu, dengan menyerukan para aktivis PPP tetap "tenang dan jangan terpancing."

PPP telah memimpin pemerintahan nasional selama lima tahun terakhir tetapi kampanyenya saat ini mengalami berbagai hambatan. Ketuanya Bilawal Bhutto Zardari, terlalu muda untuk bersaing dalam pemilu dan jarang muncul di publik karena ancaman-ancaman Taliban.

Pemungutan suara pada Sabtu akan menjadi batu lompatan demokratis di satu negara yang diperintah militer dalam setengah sejarahnya. Tetapi kampanye telah diganggu oleh ancaman-ancaman dan serangan-serangan Taliban yang menewaskan sedikitnya 116 orang sejak pertengahan April.

Di Provinsi Baluchistan, di bagian baratdaya negara itu, pada Kamis, sejumlah orang bersenjata melepaskan tembakan ke arah satu calon dari Partai Liga Muslim Pakistan-N (PML-N) yang diperkirakan akan meraih kemenangan.

Insiden itu menewaskan satu orang di antara para pendukungnya dan mencederai dua lainnya, demikian dilaporkan AFP.

(SYS/M016)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013