Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dakar mendorong kolaborasi alat musik tradisional Indonesia kolintang dengan balafon, alat musik tradisional dari negara-negara Afrika Barat, guna mendukung nominasi kolintang dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.

Di hadapan Menteri Kebudayaan dan Peninggalan Sejarah Senegal Aliou Sow, Dubes Dindin mengatakan jenis alat musik tradisional yang serupa itu adalah kolintang dari Indonesia dan balafon, yang dimainkan di negara-negara Afrika Barat, termasuk Senegal.

"Indonesia dan Senegal memiliki jenis alat kesenian tradisional yang serupa," kata Duta Besar RI untuk Senegal Dindin Wahyudin, menurut keterangan KBRI Dakar pada Jumat.

Khusus mengenai kolintang, Pemerintah Indonesia saat ini sedang menominasikan alat musik tradisional tersebut ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda (WBT) UNESCO.

Nominasi tersebut dilakukan melalui skema ekstensi dengan alat musik tradisional balafon yang telah terlebih dahulu tercatat sebagai WBT UNESCO.

Untuk itu, kolaborasi antara kolintang dengan balafon yang dilakukan untuk pertama kalinya itu juga untuk mendukung “Kolintang Goes to UNESCO”.

Baca juga: Pinkan perjuangkan kolintang diakui UNESCO

Selain itu, Dubes Dindin juga mengatakan meski hubungan diplomatik Indonesia dan Senegal telah terjalin selama 43 tahun, namun kedua negara sebenarnya memiliki hubungan sejarah yang panjang.

Indonesia merupakan penggagas dan tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung, yang saat itu mendorong kemerdekaan dan kerja sama Selatan-Selatan melalui “Spirit Bandung“.

“Spirit Bandung“ pada waktu itu bertujuan untuk mendorong negara-negara di Asia dan Afrika untuk membebaskan diri dari kolonialisme, termasuk Senegal, yang merdeka pada 1960.

“Spirit Bandung“ masih dinilai sangat relevan pada saat ini. Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa kunjungannya ke Afrika baru-baru ini didasari keinginan untuk terus menghidupkan “Spirit Bandung“, di mana solidaritas, kekukuhan dan kerja sama antara negara-negara berkembang perlu terus diperkuat.

Kedekatan antara Indonesia dan Senegal juga tercermin dari hubungan baik di antara para pemimpin dan para menteri luar negeri dari kedua negara.

Sementara itu, “Spirit Bandung” juga mencerminkan hubungan ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Senegal yang terus berkembang dengan baik.

Baca juga: Jokowi ajak Presiden Tanzania miliki "spirit" solidaritas KAA Bandung

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Senegal meningkat signifikan hingga 620 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp9,53 triliun) pada 2022.

Beberapa kerja sama ekonomi konkret pun dilakukan melalui pembelian 3 pesawat CN-235 oleh Angkatan Udara Senegal dari PT Dirgantara Indonesia dan ekspor motor listrik Gesits dari PT WIMA ke perusahaan Laila Ndiaye Prima.

Selain itu, ada juga ekspor mesin pemanen pertanian dari perusahaan Indonesia Karya Hidup Sentosa ke perusahaan Senegal Manobi Africa, di samping sejumlah kerja sama lainnya di bidang ekonomi.

Kedekatan kedua negara juga tercermin di bidang sosial budaya dan people-to-people contact melalui pemberian beasiswa seni budaya Indonesia dan Darmasiswa (non sarjana) serta beasiswa kerja sama negara berkembang (untuk S1, S2 dan S3).

Baca juga: Indonesia ekspor motor buatan GESITS ke Senegal

Pewarta: Katriana
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023