Jakarta (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Hasto Wardoyo mengatakan bahwa suami berperan untuk menekan angka kehamilan yang terlalu dini dengan program Keluarga Berencana (KB) kondom.
 
"Sebelum istri memenuhi syarat hamil, suami harus sadar untuk ber-KB kondom, karena KB kondom paling cocok selain pil untuk mereka yang baru menikah, tetapi istrinya belum memenuhi syarat untuk hamil," kata Hasto dalam diskusi bersama media di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan, berdasarkan data dari aplikasi elektronik siap nikah dan siap hamil (elsimil) di tahun 2023, ada 1,9 juta pasangan yang menikah, tetapi hampir 20 persen istri tidak memenuhi syarat hamil.
 
"Kebanyakan para istri ini belum memenuhi syarat untuk hamil karena ada yang berat badannya belum cukup atau terlalu kurus. Dalam keadaan seperti ini, peran suami itu besar sekali untuk tidak menghamili istrinya dulu dengan KB kondom," ujar dia.
 
Menurutnya, selain mencegah kehamilan terlalu dini demi menjaga kesehatan ibu dan anak, program KB kondom ini juga perlu disosialisasikan secara masif untuk mencegah penyakit HIV/AIDS.
 
"Untuk itu kita terus menggalakkan program pranikah, sekaligus kondomisasi. Kondom juga perlu disosialisasikan oleh tim Bina Keluarga Balita (BKB) dan Bina Keluarga Remaja (BKR) untuk mencegah HIV/AIDS," ucapnya.
 
Hasto menegaskan, program kondomisasi bagi pasangan usia subur yang belum memenuhi syarat untuk hamil tetapi sudah menikah, merupakan salah satu program yang paling cocok untuk mencegah anak tidak lahir stunting (kurang gizi kronis).
 
Ia memaparkan, ada beberapa jenis bahan kondom yang bisa digunakan oleh suami untuk mencegah kehamilan terlalu dini.

Baca juga: BKKBN: Banyak negara tertarik belajar program KB Indonesia
 
"Kondom itu ada yang berbahan plastik, ada yang lateks, ada yang natural. Kondom plastik untuk orang yang baru menikah lebih cocok untuk mencegah kehamilan, karena kuat, meskipun plastik banyak tidak disukai karena tidak nyaman," katanya.
 
Sedangkan kondom berbahan lateks, lanjut dia, dapat menghantarkan panas dengan efektif sehingga memunculkan rasa hangat, tetapi memiliki kelemahan mudah robek sehingga tetap meningkatkan risiko kehamilan.
 
"Kemudian kondom natural, biasanya terbuat dari usus kelinci, itu memang halus dan bagus, menghantarkan hangat sehingga rasanya tidak seperti pakai kondom, tetapi hati-hati karena itu mudah robek, sehingga risiko HIV/AIDS masih tinggi karena bisa tembus," tuturnya.
 
Saat ini, imbuh Hasto, BKKBN terus berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan dengan fokus pada program-program yang meningkatkan kualitas keluarga.
 
"Dulu BKKBN programnya kuantitas, bagaimana untuk menekan kehamilan, sekarang sudah sukses karena rata-rata angka kesuburan total sudah 2,14. Sekarang bergeser ke kualitas, jadi meskipun jumlah anak sedikit, tetapi badannya harus tinggi agar tidak stunting," demikian Hasto Wardoyo.

Baca juga: Pentingnya komitmen pada aktivitas seksual yang sehat
Baca juga: Kata dokter soal kondom pengaruhi kenikmatan seks

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023