Padang (ANTARA) -
Filolog dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas Padang, Pramono mengembangkan iluminasi (hiasan) dalam khazanah naskah kuno Minangkabau menjadi ratusan motif batik yang khas.
 
"Ratusan desain batik dari iluminasi ini merupakan hasil kajian yang disponsori oleh Dana Indonesiana Kemendikbudristek sejak Agustus 2022 hingga Agustus 2023," katanya di Padang, Sabtu.
 
Ia mengatakan hingga kini, masih minim referensi yang dapat dirujuk untuk pengayaan dan penggayaan desain motif batik Minangkabau berbasis warisan budaya.

Baca juga: Universitas Andalas sulap iluminasi naskah kuno jadi motif batik unik
 
Para perajin batik cenderung hanya mengandalkan ragam hias ukiran rumah gadang sebagai inspirasi produk batiknya. Padahal, selain ragam ukiran rumah gadang, Minangkabau juga memiliki peninggalan ragam hias berupa iluminasi yang tersimpan di dalam khazanah manuskripnya.
 
Menurut Pramono, di antara seribuan manuskrip yang telah didigitalisasi, ditemukan puluhan manuskrip Minangkabau yang di dalamnya mengandung iluminasi (ragam hias). Ragam hias tradisional jenis ini memiliki beragam bentuk dan estetika yang khas lokal serta eksotis.
 
Iluminasi tersebut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengayaan desain motif batik Minangkabau dan desain kain lainnya.
 
"Reka cipta ini sekaligus membuktikan bahwa riset terhadap warisan budaya, termasuk manuskrip, bukan sekadar seperti menggali kuburan, lalu menemukan tulang belulang, merangkainya, memajang di museum, lalu selesai," ujarnya.
 
Ia menyebut dalam upaya pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan manuskrip, pemerintah telah menetapkan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017 dengan menempatkan manuskrip pada urutan kedua dari sepuluh objek pemajuan kebudayaan.
 
Dari empat ruang lingkup pemajuan kebudayaan tersebut, lingkup pengembangan dan pemanfaatan objek pemajuan kebudayaan agaknya masih sangat minim dilakukan.
 
Sehubungan dengan itu, usaha pengembangan dan pemanfaatan iluminasi manuskrip Minangkabau untuk pengayaan desain motif kain merupakan usaha memaksimalkan pemajuan kebudayaan. Usaha ini sangat sesuai dengan tuntutan peradaban saat ini, yakni peradaban yang dikenal dengan Era Ekonomi Kreatif.
 
"Peradaban memberikan peluang warisan budaya sebagai deposit "mata tambang" baru yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kehidupan hari ini dan masa yang akan datang," katanya.
 
Tapi upaya pengembangan dan pemanfaatan tersebut harus diawali dengan satu kajian terhadap potensi iluminasi manuskrip menjadi desain motif kain.

Baca juga: Melestarikan nilai-nilai Minangkabau lewat pendidikan

Pramono mengatakan ratusan iluminasi manuskrip dan pengembangannya menjadi desain motif batik itu telah disusun menjadi sebuah katalog. Selain tersedia dalam bentuk cetak, katalog itu juga dapat diakses melalui situs https://khazanahminangkabau.co.id.
 
“Hasil pengkajian yang dilakukan ini telah menghasilkan satu media yang dapat menjadi referensi dan inspirasi terkait pengembangan dan pemanfaatan iluminasi manuskrip Minangkabau untuk desain motif kain. Setelah ini, semua UKM yang bergerak di bidang fesyen di Sumatera Barat dapat memanfaatkan katalog ini,” ujar Pramono.
 
Ratusan desain motif batik berbasis iluminasi manuskrip Minangkabau itu disambut baik oleh beberapa perajin kain. Pemilik usaha batik Rumah Kreatif Canting Buana di Padangpanjang, Widdiyanti mengatakan bahwa ia sangat senang dan semakin mudah untuk mencari ide pengayaan desain batik produksinya.
 
“Beberapa desain motif batik manuskrip Minangkabau sudah kami produksi. Alhamdulillah banyak konsumen yang tertarik," kata Widdiyanti.
 
Perajin bidang fesyen yang lain, Dewi Hapsari Kurniasih (pemilik Dewi Busana) di Lunang juga menyatakan hal yang sama. Menurutnya, katalog desain motif batik Minangkabau yang dikembangkan dari iluminasi manuskrip telah menambah produksi batiknya.
 
“Desainnya dapat diperoleh dengan mudah karena dapat diakses secara daring. Kami hanya meminta izin dan langsung proses produksi,” katanya.
 
Kabar baik itu menjadi secercah harapan ke depan dalam pelestarian, pengembangan, dan pemanfaatan khazanah manuskrip Minangkabau. Hingga kini, kondisi khazanah manuskrip di Sumatera Barat terus mengalami proses kerusakan. Bahkan, sebagian di antaranya malah sudah rusak berat dan tidak dapat diselamatkan.
 
Dari kajian yang dilakukan itu, Pramono berharap akan berdampak terhadap terciptanya ekosistem pemajuan kebudayaan, khususnya berkaitan dengan pemajuan khazanah manuskrip Minangkabau.
 
"Ekosistem ini diharapkan tercipta saling-silang dan jaringan untuk pelestarian dan penyelamatan manuskrip. Hasil kajian tersebut adalah pintu gerbang untuk mengenalkan kepada masyarakat luas bahwa di sekelilingnya terdapat khazanah manuskrip yang penting untuk diselamatkan," katanya. 

Baca juga: Alat musik berusia 200 tahun dihadirkan pada Festival Seni Agam Sumbar

Baca juga: 42 motif batik khas Minang dipatenkan

Baca juga: Unand akan kembangkan gambir jadi tinta printer dan spidol


 

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023