Moskow (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan melawat ke Rusia untuk melakukan pertemuan dengan Presiden Vladimir Putin, kata para pejabat Sabtu, di tengah kekhawatiran bahwa Moskow kemungkinan sudah akan mengirimkan persenjataan canggih ke Suriah.

Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, membenarkan rencana kunjungan Netanyahu itu kepada AFP namun menolak memberikan keterangan rinci.

Peskov mengatakan kepada kantor berita Interfax bahwa lawatan kunjungan Netanyahu dijadwalkan berlangsung pekan depan.

Kantor berita RIA Novosti yang mengutip sumber diplomatik juga mengatakan bahwa Netanyahu dijadwalkan akan menelepon Putin di kediamannya di Sochi awal pekan depan.

"Kunjungan itu saat ini berada di tahap persiapan," kata sumber tersebut.

Para pejabat Israel mengatakan kepada AFP --namun tidak ingin disebutkan jati dirinya-- bahwa kedua pemimpin akan bertemu "segera" namun tidak memberikan rincian.

"Netanyahu dan Putin akan membahas masalah perdagangan persenjataan ke Suriah, terutama sistem peluru kendali anti-serangan udara S-300 yang canggih," kata laporan koran Haaretz.

Koran itu menambahkan bahwa perdana menteri Israel juga akan berupaya mengangkat masalah nuklir Iran.

Israel pada pekan lalu melancarkan serangan udara sebanyak dua kali di dekat Damaskus.

Seorang sumber di pihak Israel mengatakan bahwa serangan-serangan itu ditujukan untuk mencegah pemindahan senjata-senjata canggih kepada Hisbullah, kelompok Syiah Lebanon yang kuat dan memiliki keterikatan dengan Suriah.

Wall Street Journal pada Rabu melaporkan bahwa Israel telah memberikan informasi kepada Washington tentang penjualan dalam waktu dekat ke Suriah berupa persenjataan peluru kendali S-300 buatan Rusia, yaitu senjata dari darat-ke-udara yang bisa menghalau pesawat atau peluru kendali.

Perdana Menteri Inggris David Cameron mengunjungi Putin di Sochi pada hari Jumat untuk membicarakan strategi konflik Suriah, beberapa hari setelah para menteri luar negeri Amerika Serikat dan Rusia sepakat untuk bekerja sama mencari penyelesaian.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry telah memperingatkan bahwa penjualan senjata tersebut bisa "menyebabkan ketidakstabilan" di kawasan.

Namun demikian, Rusia menolak untuk mengesampingkan penyaluran senjata ke Suriah dengan mengatakan bahwa pihaknya harus menghormati kontrak-kontrak yang telah dibuat.

Dalam kunjungannya ke Warsawa hari Jumat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow tetap berlanjut memenuhi kontrak dengan mengirimkan perangkat keras militer bagi pemerintah Presiden SuriaH Bashar al-Assad.

"Rusia telah melakukan penjualan dan sudah lama menandatangani kontrak-kontrak dan (saat ini) sedang menyelesaikan penyaluran peralatan, yaitu sistem anti-pesawat, berdasarkan kontrak yang sudah ditandatangani," katanya kepada para wartawan.

Awal pekan ini Lavrov dan Kerry mengusulkan penyelenggaraan sebuah konferensi perdamaian yang baru namun seorang sumber diplomatik mengatakan terlalu banyak ketidaksepakatan menyangkut format dan siapa yang harus hadir pada konferensi tersebut.

(T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013