Bekasi (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menyatakan hutan mangroove di pesisir laut Muaragembong terus menyusut dan sekitar 300 hektare telah hilang akibat pembalakan liar.

"Dari 400 hektare hutan mangrove di Muaragembong, saat ini tingga 100 hektare. Artinya penyusutannya sudah memprihatinkan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kelautan Kabupaten Bekasi, Abdurrofiq, di Cikarang, Minggu.

Menurutnya, kerusakan hutan itu karena ditebang oleh oknum masyarakat untuk kepentingan bisnis. "Kayu tersebut bisa dipakai sebagai bahan bakar kremasi serta untuk bahan baku bangunan," katanya.

Penebangan pohon mangrove dilakukan secara liar dan diangkut menggunakan truk dan ada juga yang menggunakan kapal.

Namun demikian, kata dia, pihaknya telah menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian guna dituntaskan.

Dikatakan Rofiq, pihaknya terus melakukan pembibitan pohon mangrove agar ekosistem laut tetap terjaga.

Bibit pohon tersebut diberikan melalui bantuan pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan dari Pemerintah Kabupaten Bekasi.

"Totalnya setiap tahun sekitar 20 ribu bibit pohon," katanya.

Bahkan, kata dia, ada juga perusahaan swasta yang menyalurkan bantuannya melalui dana Corporate Sosial Responsbility (CSR) untuk bibit pohon mangrove.

"Jenis pohon mangrove yang ditanam di Tarumajaya yaitu jenis bako dan api-api," katanya.

Pohon mangrove itu, kata dia, sangat berpengaruh besar pada ekosistem laut dan ketahanan tanah agar tidak terjadi erosi.

"Kami terus berupaya agar hutan mangrove kembali berfungsi. Di Muaragembong itu ada satu wilayah yang terjaga mangrove-nya, ekosistem ikan air laut sangat baik dibandingkan dengan wilayah lain yang tidak memfungsikan mangrove," ujarnya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013