Berlin (ANTARA) - Menteri Transportasi dan Infrastruktur Digital Jerman Volker Wissing pada Senin (25/9) angkat bicara soal tarif protektif yang berpotensi diberlakukan Uni Eropa (UE) terhadap mobil listrik (electric vehicle/EV) China.

"Pada prinsipnya, saya tidak terlalu memikirkan untuk membangun hambatan pasar," kata Wissing kepada surat kabar Augsburger Allgemeine. "Hari ini, produk otomotif diblokir, besok akan menjadi produk kimia, dan setiap langkah dengan sendirinya membuat dunia menjadi semakin miskin," ujarnya.

"Kita harus memastikan bahwa kita memproduksi kendaraan listrik kita secara kompetitif, untuk Jerman dan untuk pasar dunia," kata Wissing. Di sisi lain, perang dagang dapat dengan cepat menyebar ke sektor-sektor lain dan menyebabkan kerusakan ekonomi yang masif, kata politisi Jerman itu memperingatkan.

Bagi industri mobil Jerman, dengan China sebagai pelanggan terbesarnya, langkah-langkah tersebut akan menjadi ancaman, menurut para ahli. "Ada risiko yang sangat besar ... Kita membutuhkan kerja sama dengan China, bukan perang dagang," kata Ferdinand Dudenhoeffer, Direktur CAR Center Automotive Research Duisburg.
 
      Foto yang diambil pada 6 November 2022 ini memperlihatkan kendaraan energi baru alias mobil listrik milik produsen mobil Jerman Mercedes-Benz di area pameran mobil China International Import Expo (CIIE) kelima di Pusat Pameran dan Konvensi Nasional (Shanghai) di Shanghai, Tiongkok timur. (Xinhua/Jin Haoyuan).

Lebih dari satu dari tiga kendaraan Volkswagen, produsen mobil terbesar di Jerman, yang dikirim pada Agustus dikirim ke pelanggan di China, ungkap perusahaan tersebut.

Dengan nilai sebesar 6,3 miliar euro (1 euro = Rp16.379) atau setara 6,68 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp15.399), kendaraan bermotor dan suku cadang merupakan produk terlaris Jerman berdasarkan nilainya di China pada kuartal pertama, tunjuk data resmi.

Jika perekonomian terbesar di Eropa itu memutus hubungan (decouple) dengan China di sektor ekonomi, Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman akan turun 2 persen. Hal ini akan mengakibatkan kerugian tahunan sebesar 57 miliar euro, menurut studi terbaru yang dilakukan atas nama Foundation for Family Businesses.

China dan UE memiliki ruang yang luas untuk kerja sama dan kepentingan bersama dalam industri otomotif, kata seorang juru bicara Kementerian Perdagangan China sebelumnya pada bulan ini, seraya menambahkan bahwa setelah pembangunan selama bertahun-tahun, mereka telah membentuk pola saling mendukung.
 
Foto yang diabadikan pada 30 September 2021 menunjukkan NIO House di Oslo, ibu kota Norwegia. (Xinhua)

Sebagai bagian dari kampanye "In China for China", Volkswagen belum lama ini memperkuat komitmennya terhadap negara tersebut dengan mengakuisisi 4,99 persen saham XPeng, perusahaan rintisan mobil listrik China. Sementara itu, merek Audi dari perusahaan tersebut semakin memperluas kerja samanya dengan mitra usaha patungannya di China, SAIC.

Produsen mobil lainnya, seperti Geely dan Daimler, juga saling menjalin kerja sama erat. Berdasarkan hal itu, Wissing mengatakan, "Hanya perdagangan internasional di pasar globallah yang menciptakan peningkatan kekayaan."

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023