Bila hal ini dapat dilakukan secara massal dapat meningkatkan transaksi lokal
Beijing (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengajak lebih banyak pengusaha China untuk terlibat dalam local currency settlement (LCS) atau kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal.

"Kami juga sedang membangun Local Currency Settlement yaitu agar pelaku bisnis dapat melakukan pertukaran langsung antara mata uang yuan China dan rupiah Indonesia tanpa harus ditukarkan ke dolar AS lebih dahulu dan membuat biaya usaha dapat lebih efisien," kata Perry Warjiyo di Beijing, China pada Selasa.

Perry Warjiyo menyampaikan hal tersebut saat menyampaikan sambutan dalam "Indonesia-China Business Forum" yang juga dihadiri oleh Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok Djauhari Oratmangung serta sekitar 250 pengusaha dari berbagai sektor.

"Bila hal ini dapat dilakukan secara massal dapat meningkatkan transaksi lokal," tambah Perry.

Hingga saat ini LCS dapat dilakukan untuk dua lini bisnis yaitu perdagangan dan investasi.

"Tapi kami sedang berencana untuk mengembangkan ke aset finansial seperti agar bagaimana orang asing nantinya dapat membeli surat berharga dari Indonesia jadi yuan bukan hanya di perdagangan tapi juga digunakan untuk pendanaan investasi nantinya," ungkap Perry.

Baca juga: Gubernur BI: lima alasan pengusaha China perlu investasi di Indonesia

Baca juga: Gubernur BI promosikan QRIS ke mahasiswa Universitas Tsinghua


BI dan bank sentral China atau People’s Bank of China (PBC) sudah mulai implementasi kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) pada 6 September 2021 dengan 16 bank dari Indonesia dan 8 bank dari China.

"Sekali lagi mari tingkatkan produktivitas bersama dan tugas saya adalah untuk membantu kalian bisa melakukan pertukaran langsung lebih banyak," tambah Perry.

BI dan Bank sentral China telah menetapkan sejumlah bank di negara masing-masing yang akan berperan sebagai Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) dengan syarat telah memiliki kemampuan untuk memfasilitasi transaksi rupiah dan yuan sesuai kerangka kerja sama LCS yang disepakati.

Ke-16 bank di Indonesia yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Maybank Indonesia Tbk, PT Bank OCBC NISP Tbk.

Selain itu PT Bank Permata Tbk, PT Bank UOB Indonesia, PT Bank of China (Hongkong) Ltd, PT Bank China Construction Bank Indonesia Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Bank CIMB Niaga, Bank Sinarmas, Deutsche Bank AG Jakarta dan DBS Bank.

Sementara bank yang ditetapkan sebagai ACCD di China ada 8 bank yaitu Agriculture Bank of China, Bank of China, Bank of Ningbo, Bank Mandiri Shanghai Branch, China Construction Bank, Industrial and Commercial Bank of China, Maybank Shanghai Branch, dan United Overseas Bank (China) Limited.

Selain memaksimalkan LCS, Perry juga mempromosikan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Perry menyebut sejak 17 Agustus 2019, Indonesia hanya memiliki satu Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang dapat digunakan di 45 ribu toko di Indonesia.

QRIS adalah penyatuan berbagai macam QR dari beragam Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) dengan menggunakan QR code. Fungsi QRIS adalah untuk memudahkan proses transaksi dengan QR code agar lebih cepat dan terjaga keamanannya. Semua PJSP yang akan menggunakan QR code, pembayarannya wajib menerapkan QRIS.

"Jumlah toko akan terus bertambah dan kami juga terus bekerja sama negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan sebentar lagi Filipina sehingga QRIS dapat digunakan untuk berwisata di negara-negara tersebut," tambah Perry.

Kerja sama sudah dilakukan antara Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan Bank of Thailand (BOT). Terbaru, State Bank of Vietnam (SBV) sepakat untuk bergabung dalam kerja sama konektivitas pembayaran di kawasan ASEAN.

Diketahui nilai transaksi Uang Elektronik (UE) pada Agustus 2023 meningkat sebesar 8,62 persen (yoy) sehingga mencapai Rp38,51 triliun, sementara nilai transaksi digital banking tumbuh sebesar 11,87 persen (yoy) sehingga mencapai Rp5.098,46 triliun.

Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh sebesar 89,64 persen (yoy) sehingga mencapai Rp18,33 triliun, dengan jumlah pengguna 40,05 juta dan jumlah merchant 28,38 juta yang sebagian besar merupakan UMKM.

Baca juga: Gubernur BI: Digitalisasi jadi tantangan akedemisi hingga pebisnis

Baca juga: Gubernur BI kembali jabat sebagai Ketua Asian Consutative Council BIS

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023