bisa dimulai dari rumah dan juga sekolah
Jakarta (ANTARA) - Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta menilai pembinaan karakter anti korupsi bisa dimulai dari rumah dan sekolah karena di dua lingkungan itu pendidikan dini sikap itu bisa dimulai.

"Pembinaan karakter anti korupsi itu benar-benar bisa dimulai dari rumah dan juga sekolah," kata Kepala Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta, Reda Manthovani saat Sosialisasi Anti Korupsi di SMA Negeri 78 Jakarta, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Selasa.

Ia menjelaskan, saat berada di rumah,  semua anggota keluarga memiliki peran masing-masing yang penting dalam menunjang keberlangsungan hidup dalam rumah tersebut.

"Kita ibaratkan rumah kalian itu kayak negara gitu ya, di mana kalian jadi salah satu aparatnya di situ. Presidennya bapak kita, wakil presidennya ibu kita atau bendahara atau menteri keuangan,"" katanya. 

Ia melanjutkan, jika para aparat (anak-anak) mencuri uang dari bendara atau Menteri Keuangan (ibu), maka keuangan negara (rumah) berkurang dan akhirnya tidak dapat bertahan dan gagal sebagai sebuah rumah.

Baca juga: Pemprov DKI raih zona tertinggi pencegahan korupsi 2022

"Adik-adik ini misalnya malah ngambilin duit bendahara, Menteri Keuangan, ibu kita. Pada akhirnya untuk bayar kredit cicilan rumah gak kebayar jadinya. Nah, itu dasarnya adalah pencurian, di sanalah bibit korupsi muncul," kata Reda.

Kemudian, untuk di sekolah, lanjutnya, bibit korupsi atau karakter yang korup juga dimulai dari lingkungan sekolah.

"Di sini ada yang pengurus OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)? Nah, kan ada bendahara, ada ketua, ada perangkat lain dalam susunan strukturnya," kata Reda.

Bendahara OSIS, kata Reda, diberi amanah untuk mengelola anggaran keuangan.

"Si bendahara atau ketua mengambil uang kas, meski sedikit, misalnya dari Rp2 juta, diambil Rp25 ribu untuk jajan pacar. Tiap minggu diambil. Lalu, pas ada kegiatan, biayanya tak cukup dari kas itu. Ini kan merugikan," katanya.

Baca juga: BUMD dan keluarga di DKI diminta berperan cegah korupsi

Karakter korup
Karakter pengurus yang demikian, kata Reda adalah karakter yang korup.

"Yaitu menggelapkan uang yang menjadi tanggung jawabnya. Itulah bibit korupsi," katanya.

Ia berharap, melalui sosialisasi seperti ini, para pelajar SMA dapat memahami apa itu karakter berintegritas dan berprinsip anti korupsi.

"Harapannya nanti di 2045 Indonesia emas, mereka sudah pada usia-usia produktif, memahami landasan atau karakter yang memiliki integritas dan prinsip anti korupsi," kata Reda.

Kegiatan kegiatan tersebut diikuti oleh sekitar 100 siswa SMA yang berasal dari empat sekolah, yakni SMA Negeri 78, SMA Negeri 112, SMK 17 dan SMK Assa'adatul Abadiyah.

Baca juga: Hoaks! Heru Budi tersangka korupsi ratusan triliun

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2023