Persaingan antara PDIP dan Gerindra semakin ketat, sedangkan partai-partai dari poros perubahan masih stabil
Jakarta (ANTARA) - Survei New Indonesia Research & Consulting menunjukkan elektabilitas Gerindra terus membayangi PDI Perjuangan seiring makin ketatnya persaingan antara Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo dalam bursa capres.

Berdasarkan hasil survei terbaru New Indonesia, PDIP berada di urutan pertama dengan elektabilitas 17,8 persen, disusul Gerindra 17,4 persen.

Sementara itu partai-partai pengusung Anies Baswedan yang tergabung dalam Koalisi Perubahan, PKB menjadi partai terbesar dengan elektabilitas 7,0 persen, disusul PKS 4,4 persen dan NasDem  2,7 persen.

"Persaingan antara PDIP dan Gerindra semakin ketat, sedangkan partai-partai dari poros perubahan masih stabil," kata Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Andreas mengatakan Gerindra terus menikmati coattail effect (kecenderungan seorang pemimpin partai politik populer untuk menarik suara kandidat lain) dari tingginya elektabilitas Prabowo.

"Terus melejitnya Prabowo dalam bursa capres mendorong pergerakan elektabilitas Gerindra hingga menempel ketat PDIP," ujarnya.

Sedangkan elektabilitas Ganjar yang baru mulai pulih setelah sempat anjlok akibat heboh Piala Dunia U20, namun belum cukup kuat mengungkit elektabilitas PDIP kembali ke posisi tertinggi yang diraih pada bulan Maret 2023, yakni sebesar 19,1 persen.

Saat ini Prabowo masih menjadi favorit dalam bursa capres, dan Gerindra juga membidik posisi sebagai partai terfavorit.

Jika tren tersebut terus berlanjut, bukan tidak mungkin Gerindra akan menyalip PDIP dan keluar sebagai partai pemenang Pemilu 2024. Padahal PDIP bertekad untuk mengulang kembali kemenangan yang pernah diraih dua kali berturut-turut.

Baca juga: Survei: Prabowo unggul dalam simulasi dua dan tiga capres

Baca juga: Survei IPS: Mayoritas pemilih dari PKB cenderung dukung Prabowo


"Melambungnya kekuatan Prabowo yang berbuah pada lonjakan elektabilitas Gerindra mengancam upaya PDIP untuk mencetak hattrick," ujar Andreas.

Dalam waktu kurang dari satu bulan menuju pendaftaran pasangan capres-cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), kubu Prabowo maupun Ganjar masih belum memutuskan siapa cawapres yang bakal mendampingi sang capres. Bahkan mencuat wacana untuk menggabungkan keduanya dalam satu koalisi besar.

"Berlarut-larutnya pembahasan nama cawapres melahirkan spekulasi bahwa PDIP dan Gerindra kemungkinan berkoalisi, memasangkan Prabowo dan Ganjar," kata Andreas.

Jika koalisi besar terwujud, maka sebagian besar partai akan bergabung, menjadikannya sebagai koalisi yang sangat besar. Selain PDIP dan Gerindra, di dalamnya ada Golkar (8,4 persen), Demokrat (6,7 persen), PSI (6,0 persen), PAN (2,4 persen) dan PPP (2,2 persen).

Selain itu ada partai seperti Perindo (1,6 persen), Gelora (1,3 persen), PBB (0,7 persen), Hanura (0,4 persen), dan Garuda (0,0 persen).

Sedangkan PKN (0,0 persen) dan Partai Buruh (0,0 persen) belum menyatakan sikap atau dukungan.

Sementara di kubu Koalisi Perubahan, yaitu PKB, PKS, dan NasDem, hadir tambahan anggota baru yakni Partai Ummat (0,4 persen).

"Stagnasi yang dialami koalisi partai-partai pengusung Anies berkorelasi dengan elektabilitas capres yang tren-nya menurun sejak awal tahun, baru dalam tiga bulan terakhir mulai melandai," ujar Andreas.

Dideklarasikannya Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar yang didukung PKB berhasil mengungkit elektabilitas Anies dari tren penurunan. Namun kenaikan tersebut belum cukup mumpuni untuk memberikan coattail effect bagi partai-partai pengusungnya.

PKB secara mendadak keluar dari koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR), yang menjadi elemen pengusung Prabowo sebelum merger menjadi KIM. PKB memutuskan bergabung dengan Koalisi Perubahan setelah Cak Imin ditawari posisi sebagai cawapres Anies.

Survei New Indonesia Research & Consulting dilakukan pada 11-17 September 2023 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error 2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2023