New York (ANTARA) - Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (rabu pagi WIB), karena pasar masih gelisah terhadap proyeksi suku bunga hawkish dari Federal Reserve.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan naik beberapa basis poin mendekati 4,57 persen pada Selasa pagi, tertinggi sejak 2007, sebelum turun kembali.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi mengangkat dolar AS, dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,22 persen menjadi 106,2270 pada akhir perdagangan, yang merupakan level tertinggi dalam sekitar 10 bulan.

Presiden Joe Biden pada Selasa (26/9/2023) meminta Kongres melalui unggahan di media sosial untuk mendanai pemerintah ketika muncul peringatan bahwa penutupan pemerintahan yang akan terjadi dapat merusak peringkat kredit dan dolar AS.

Moody's dan Wells Fargo pekan ini memperingatkan bahwa penutupan pemerintahan akan berdampak negatif terhadap perekonomian AS.

Sementara itu, dikutip dari Xinhua, indeks kepercayaan konsumen The Conference Board turun untuk bulan kedua berturut-turut, merosot ke 103 pada September dari revisi naik sebesar 108,7 pada bulan sebelumnya.

Indeks kepercayaan konsumen berada pada level terendah kedua tahun ini, tepat di atas angka 102,5 pada Mei, menurut data. Belanja konsumen berperan sebagai pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi AS.

Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada Selasa (26/9/2023) bahwa ia melihat kemungkinan terjadinya soft landing pada perekonomian AS, namun juga terdapat peluang sebesar 40 persen bahwa The Fed harus menaikkan suku bunga secara signifikan untuk memerangi inflasi.

Dalam sebuah wawancara, Ketua JP Morgan Jamie Dimon mengatakan pada Selasa (26/9/2023) bahwa kasus terburuk adalah suku bunga 7,0 persen dengan stagflasi, "Jika mereka ingin menurunkan volume dan menaikkan suku bunga, akan ada tekanan dalam sistem. Kami mendesak klien kami untuk bersiaplah menghadapi tekanan seperti itu. Saya tidak yakin apakah dunia siap menghadapi 7,0 persen."

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0566 dolar AS dari 1,0587 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2157 dolar AS dari 1,2208 dolar AS.

Dolar AS dibeli 149,0710 yen Jepang, lebih tinggi dari 148,8090 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9152 franc Swiss dari 0,9123 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3521 dolar Kanada dari 1,3471 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 11,0285 krona Swedia dari 11,0561 krona Swedia.

Baca juga: Harga minyak “rebound“ didorong kekhawatiran terbatasnya pasokan
Baca juga: Emas jatuh tertekan penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS
Baca juga: Dolar capai tertinggi 10 bulan di Asia dipicu lonjakan imbal hasil AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023