Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa hari Rabu bersidang membahas peluncuran tujuh peluru kendali, yang dapat membawa senjata pemusnah massal, oleh Korea Utara. Diplomat di markasbesar Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan dewan 15 negara itu mengadakan pembicaraan tertutup mengenai kemungkinan merancang resolusi untuk mengecam peluncuran tersebut. "Kami prihatin pada apa yang terjadi kemarin (Selasa)," kata Dutabesar Cina Wang Guangya, dengan menambahkan bahwa itu bukan yang pertama bagi Pyongyang meluncurkan peluru kendali. "Jelas bahwa yang terjadi patut disesalkan," kata Wang pada pertemuan darurat itu, yang diprakarsai Jepang. Uji tembak itu memicu kecaman keras dari tetangganya, Jepang, dan Amerika Serikat, yang merasa terancam, karena peluru kendali itu dapat mencapai wilayahnya. Wakil Dutabesar Jepang untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Shinichi Kitaoka tidak secara jelas menyatakan rancangan resolusi itu, yang disiapkan Jepang dan Amerika Serikat, akan menyeru hukuman bagi Pyongyang. "Itu dalam pertimbangan kami. Kami memikirkannya," tambahnya seperti dikutip media transnasional. Tokyo mengancam tindakan keras, termasuk kemungkinan hukuman ekonomi terhadap Korea Utara. Sementara itu, Wang --yang negaranya merupakan sekutu dekat Pyongyang-- menekankan bahwa tindakan apa pun terhadap Korea Utara harus membangun. Dalam perkembangan lain, Menteri Luar Negeri Jepang Taro Aso lewat telefon berbicara dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Ban Ki-Moon dan Menteri Luar Negeri Cina Li Zhaoxing untuk mendapatkan dukungan bagi resolusi dewan itu. Selain itu, Amerika Serikat menyatakan akan mengirim duta utama untuk urusan Asia, Wakil Menteri Luar Negeri Christopher Hill, ke kawasan tersebut untuk berunding, sementara penasehat keamanan negara Korea Selatan direncanakan mendatangi Gedung Putih. Inggris bersama Jepang dan Amerika Serikat menyiapkan resolusi menuntut semua negara menghentikan seluruh dana, barang dan teknologi, yang dapat dipakai untuk kegiatan peluru kendali Korea Utara. Rusia menyatakan Korea Utara meluncurkan 10 peluru kendali, tapi laporan dari jenderal utama itu tidak dapat dipastikan. Peluru kendali jarak jauh Taepodong-2 diduga gagal 40 detik sebelum terbang, kata pejabat Amerika Serikat, sementara pejabat Jepang dan Korea Selatan menyatakan peluru kendali itu jatuh di laut, yang memisahkan semenanjung Korea dengan Jepang. Rancangan resolusi itu, yang dibacakan kepada kantor berita Inggris Reuters dan masih dapat berubah, mengecam peluncuran tersebut dan mendesak dengan sangat Korea Utara kembali ke perundingan segienam tentang kegiatan nuklirnya, yang dituanrumahi Cina. Pada 1998, saat Korea Utara menembakkan jenis awal peluru kendali Taepodong-nya di atas Jepang utara menuju samudera Pasifik, Cina menentang hukuman apa pun dari Dewan Keamanan dan dewan itu mengeluarkan pernyataan menyesalkan dua pekan sesudah peluncuran tersebut. Diperkirakan tidak ada pemungutan suara sesudah sidang tertutup hari Rabu itu. Kedua Korea itu secara nyata masih dalam keadaan perang lebih dari setengah abad sesudah gencatan senjata tak meyakinkan menghentikan perang Korea tahun 1950-1953. Sekitar 30.000 serdadu Amerika Serikat tetap berada di Korea Selatan atas dasar perjanjian pertahanan timbal-balik.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006