Dolar AS lebih melekat pada sisi positifnya dibandingkan sisi negatifnya
Singapura (ANTARA) - Dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi dalam 10 bulan terhadap mata uang utama lainnya di awal sesi Asia pada Rabu, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS tetap tinggi di tengah prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sementara yen tersandung menuju zona intervensi yang diawasi ketat.

Sterling merosot ke level terendah baru dalam enam bulan di 1,2145 dolar pada awal perdagangan Asia, berada di bawah tekanan terhadap penguatan greenback. Tampaknya akan terjadi penurunan triwulanan lebih dari 4,0 persen, yang terburuk dalam setahun.

Indeks dolar AS terakhir berada di 106,20, setelah mencapai puncaknya pada level tertinggi 10 bulan di 106,26 pada sesi sebelumnya, sementara euro melemah mendekati level terendah enam bulan pada Selasa (26/9) dan terakhir dibeli 1,0569 dolar.

“Dolar AS lebih melekat pada sisi positifnya dibandingkan sisi negatifnya,” kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets.

"Ini (merupakan) kejutan bagi pasar sejak minggu lalu karena retorika Federal Reserve lebih hawkish dari perkiraan... Saya pikir kemungkinan besar mereka akan menaikkan suku bunga sekali lagi."

Pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir telah menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, setelah mempertahankan suku bunga stabil pada minggu lalu namun memperketat sikap kebijakan moneternya yang hawkish.

Hal ini menyebabkan imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun karena pasar uang menyesuaikan ekspektasi mereka mengenai kapan suku bunga AS akan mencapai puncaknya, dan kondisi moneter yang akan tetap ketat lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir berada di 4,5254 persen, setelah mencapai level tertinggi 16-tahun di 4,5660 persen di sesi sebelumnya. Imbal hasil dua tahun mencapai 5,0582 persen.

Meningkatnya imbal hasil AS telah menimbulkan masalah bagi yen, yang sedikit lebih tinggi menjadi 149,01 per dolar, setelah merosot ke level terendah 11 bulan di 149,185 pada Selasa (26/9).

Pasangan dolar/yen cenderung sangat sensitif terhadap perubahan imbal hasil obligasi pemerintah AS jangka panjang, terutama dalam jangka waktu 10 tahun.

Penurunan yen yang perlahan namun stabil ke level psikologis 150 per dolar telah membuat para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari otoritas Jepang, seiring para pejabat meningkatkan retorika mereka terhadap penurunan mata uang.

Zona 150 dipandang oleh pasar keuangan sebagai garis merah yang akan mendorong pemerintah Jepang untuk melakukan intervensi, seperti yang mereka lakukan tahun lalu.

“Tekanan kenaikan fundamental (terhadap dolar/yen) dari imbal hasil obligasi terlalu besar untuk diabaikan,” kata Alvin Tan, kepala strategi valas Asia di RBC Capital Markets.

"Bahkan jika ada intervensi, hal itu tidak akan membuat dolar/yen turun secara permanen kecuali imbal hasil obligasi juga mulai turun dengan sungguh-sungguh."

Di tempat lain, Aussie turun 0,04 persen menjadi 0,6395 dolar AS, menjelang data inflasi Australia yang akan dirilis pada Rabu. Dolar Selandia Baru naik 0,06 persen menjadi 0,5948 dolar AS.

Baca juga: Dolar AS menguat dengan indeks capai tertinggi sekitar 10 bulan

Baca juga: Dolar capai tertinggi 10 bulan di Asia dipicu lonjakan imbal hasil AS

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023