Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus memandang pendapatan sektor pariwisata DKI Jakarta tetap kuat apabila kota itu tidak lagi menyandang status ibu kota.

Hal ini mengingat Jakarta diprediksi tetap menjadi barometer perekonomian di Indonesia pasca-pemindahan ibu kota negara. Oleh sebab itu, menurut Heri, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI perlu fokus menjaga stabilitas perekonomian sektor pariwisata.

"Pemerintah DKI Jakarta ke depan tentu perlu lebih fokus dan menjaga agar kinerja perekonomian (di bidang pariwisata) yang selama ini sudah dicapai itu tidak hilang, bahkan bisa terus meningkat," kata Heri saat dihubungi ANTARA, Rabu.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) mengalami tren positif pada awal semester kedua 2023. Kedatangan wisman ke Jakarta sepanjang Juli 2023 meningkat menjadi 71,75 persen dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2022.

Data BPS juga mencatat pertumbuhan wisman dari tahun ke tahun. Pada 2020, jumlah kunjungan wisman mencapai 435.888 kunjungan. Angka ini sempat menurun pada 2021 menjadi 119.362 kunjungan dan naik signifikan pada 2022 menjadi 935.182 kunjungan.

Heri menilai, Jakarta sebetulnya sudah memiliki modal pariwisata yang bisa diunggulkan mulai dari wisata sejarah, bahari, hingga kuliner. Modal ini juga didukung dengan ekosistem pariwisata serta infrastruktur yang lebih lengkap dan memadai.

Senada dengan Hari, pengamat kebudayaan dan pariwisata dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Chusmeru menilai bahwa Jakarta telah memiliki keuntungan dari sisi aksesibilitas.

Mengingat modal dan keuntungan yang sudah dikantongi Jakarta, kata Chusmeru, kota metropolitan ini juga lebih siap untuk mengembangkan destinasi wisata bisnis dan MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition).

"Misalnya, orang-orang mau menyelenggarakan konferensi, pameran, seminar, pertemuan. Ketimbang ke IKN, dari segi biaya akan lebih murah diselenggarakan di Jakarta. Jadi, Jakarta tetap punya daya tarik tersendiri untuk wisata bisnis dan MICE," kata Chusmeru.


Agar Jakarta tetap menjadi destinasi yang menarik bagi wisatawan, terutama wisatawan mancanegara, Chusmeru mendorong pemerintah untuk membangun jejaring pariwisata dengan berbagai daerah seperti Provinsi Bali.

Apabila tidak ada strategi serta sinergi yang disiapkan mulai saat ini, imbuh dia, dikhawatirkan Jakarta terlambat dalam mengantisipasi perubahan ekosistem pariwisata setelah ibu kota resmi pindah ke IKN, Kalimantan Timur.

Sementara itu, Heri menambahkan bahwa Pemprov DKI juga perlu melakukan perbaikan-perbaikan di dalam ekosistem pariwisata termasuk mengembalikan keseimbangan lingkungan dan mengatasi polusi udara sehingga wisatawan menjadi lebih nyaman.

"Jakarta ini ke depan perlu lebih bersih, apalagi sekarang isu-isu terkait dengan lingkungan dan polusi yang tetap hangat diperbincangkan. Ini perlu ada penanganan serius karena bagaimana pun wisatawan akan mencari daerah-daerah ramah lingkungan," kata Heri.

Baca juga: KTT AIS perlu dimanfaatkan DKI untuk benahi pariwisata bahari

Baca juga: KTT AIS momentum DKI jadikan Kepulauan Seribu wisata percontohan

Baca juga: KTT AIS momentum DKI tingkatkan wisata Kepulauan Seribu 


Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023