Hangzhou (ANTARA) - Sanggoe Darma Tanjung pertama-tama harus mengalahkan dirinya sendiri setiap hari ketika berlatih skateboard sebelum menghadapi ujian Asian Games Hangzhou hingga mempertahankan medali perak di nomor men's street.

Di bawah teriknya matahari yang membakar arena Qiantang Roller Sports Centre, Hangzhou, China, Rabu, Sanggoe bisa dibilang berjuang 'sendirian' dalam mengharumkan nama Indonesia di pentas olahraga terbesar di Asia itu.

Pasalnya, skater asal Bali itu tidak memiliki sosok pelatih definitif, apalagi program pelatnas yang berkelanjutan.

"Saya tidak ada pelatih, belajar otodidak dari usia lima tahun," kata Sanggoe ketika ditemui ANTARA setelah pengalungan medali.

Berawal dari melihat orang bermain skateboard di skatepark milik pamannya di Bali, Sanggoe menemukan jalannya menjadi atlet skateboard termuda Indonesia di Asian Games 2018 silam, saat itu ia berusia 16 tahun, hingga malang melintang di kejuaraan internasional.

Di arena, ia tak sungkan untuk bertanya kepada teman-teman sepermainannya, yang sangat membantunya dalam mempelajari trik-trik tertentu dalam dunia skateboard.

Dari sanalah, Sanggoe mendapati ilmu yang tidak ternilai harganya, membentuk karakternya menjadi salah satu atlet skateboard terbaik di Indonesia. Dan beruntung pula Sanggoe memiliki paman dan keluarga yang selalu mendukung penuh upayanya, bahkan sang kakak turut mendampinginya di pinggir arena Asian Games Hangzhou untuk mengatur strategi bagi sang adik.

Baca juga: Dua wakil Indonesia lolos ke final men's street skateboard

Sebelum ke Hangzhou, Sanggoe yang setiap harinya berlatih di Pulau Dewata itu dipanggil Pengurus Besar Sepatu Roda Indonesia untuk ikut pelatnas, yang mirisnya berlangsung hanya satu pekan di Jakarta.

"Saya melihat kalau cabang-cabang olahraga lain itu pelatnasnya lama. Kami bisa dibilang tidak ada pelatnas karena hanya berkumpul satu minggu di Jakarta. Itu pun latihannya... mendingan saya latihan sendiri di Bali daripada di Jakarta," kata Sanggoe.

Sejatinya, atlet kelahiran 28 Desember 2001 itu sangat menginginkan adanya program pelatnas yang berkesinambungan ke depannya. Hal itu ia sampaikan juga kepada Chef de Mission Kontingen Indonesia Basuki Hadimuljono yang hadir menyaksikan langsung Sanggoe jatuh bangun merebut perak untuk Indonesia.

"Saya latihan mandiri di Bali, pasti ada perubahan dari Asian Games sebelumnya. Karena saya sudah suka, saya hobi dari kecil, dari usia lima tahun sudah main skateboard. Ya saya cuma ingin ada pelatnas saja nanti," kata Sanggoe.

"Saya nanti pengen di IKN ada arena skateboard juga, pak," kata dia ke Basuki yang juga Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat itu.

Juara SEA Games 2019 itu menunjukkan kemampuannya mengendalikan situasi dengan bermain tenang meski sempat tertinggal di peringkat empat menyusul hasil R2.

Sedari awal ia sangat mewaspadai wakil Jepang Ginu Onodera, yang meraih poin tertinggi 76,39 menuju lima kesempatan bermain trik.

Meski baru berusia 13 tahun, Onodera baru-baru ini menjuarai X Games Asia 2023 di kampung halamannya, Chiba. Ia juga sekaligus peringkat tiga kejuaraan dunia 2022 di Sharjah, UEA.

Namun, sang atlet cilik justru tak mendapatkan nilai satupun saat beberapa kali terjatuh melakukan trik dan terperosok ke peringkat tujuh.

Sanggoe juga sempat terjatuh keras saat mengeksekusi trik pertamanya, namun mampu merangsek ke peringkat dua dengan total 200,63 poin berkat tambahan nilai terbaik dari trik kedua dan ketiga.

Sanggoe menjadi yang terbaik kedua setelah Jie Zhang yang merebut emas untuk China dengan skor 231,14. Jianjun Su melengkapi podium untuk membawa pulang dua medali untuk tuan rumah.

Baca juga: Sanggoe pertahankan perak Asian Games dari nomor men's street

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2023