Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Kamis pagi, melemah kembali di atas level Rp9.100 per dolar AS menjadi Rp9.145/9.155 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.070/9.105 atau turun 75 poin, karena pelaku pasar melakukan aksi lepas mata uang lokal itu. Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, di Jakarta, Kamis mengatakan, penjualan rupiah oleh pelaku pasar dinilai wajar, setelah mengalami kenaikan berturut-turut hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS. Namun kami optimis rupiah akan kembali menguat yang pada akhir tahun ini akan bisa mencapai di bawah level Rp9.000 per dolar AS, katanya. Jadi, lanjutnya, penurunan rupiah saat ini hanya sementara saja, karena peluang untuk bergerak naik sebenarnya tetap tinggi, apalagi bank sentral AS (The Fed) pada Agustus nanti diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunganya. Kenaikan suku bunga AS itu, terutama dipicu oleh membaiknya data tenaga kerja AS yang diperkirakan lebih besar dibanding sebelumnya yang mencapai 185.000 jiwa dari 155.000 ribu, dan juga untuk menekan inflasi yang cenderung menguat, katanya. Untuk itu, kata dia, pemerintah harus lebih aktif melakukan kegiatan fiskalnya dan memanfaatkan kelebihan dana subsidi bahan bakar minyak (BBM) untuk menggerakkan roda ekonomi lebih cepat bergerak. Karena itu, pertumbuhan ekonomi semester kedua yang diperkirakan lebih baik dibanding semester pertama 2006 akan menjadi kenyataan, katanya. Menurut dia, kunci semua target yang ditetapkan dalam anggaran pendapatan belanja negara (APBN) itu tergantung pemerintah apakah dapat melaksanakan semua aktivitas fiskal dan kelebihan subsidi tersebut. Kalau semua itu tidak dapat dilaksanakan, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin terpuruk jauh dari target yang sudah ditetapkan pemerintah, meski bank Indonesia telah menetapkan pertumbuhan ekonomi tahun ini berkisar antara 5,5 hingga 5,7 persen, katanya Fauzi Ichsan mengatakan pasar juga masih menunggu Bank Indonesia (BI) untuk segera menurunkan bunga BI Rate, yang didukung oleh data inflasi bulan Juni (year to year) menunjukkan penurunan (15,60 menjadi 15,53). Apalabi BI jadi menurunkan BI Rate pada bulan ini, maka ekonomi nasional diperkirakan akan bergerak lebih cepat, karena perbankan juga akan menurunkan bunga banknya yang akan mendukung fungsi intermediasi perbankan berkembang, katanya. Sementara itu, dolar AS terhadap yen di pasar global turun menjadi 115,57 dari sebelumnya 115,73 akibat kekhawatiran pelaku pasar global terhadap peluncuran rudal Korea Utara. Selain itu juga rencana Bank Sentral Jepang (BOJ) yang akan mengakhiri suku bunga nol persen dan untuk pertama kali dalam enam tahun ini suku bunga itu mengalami perubahan, kat Fauzi. Menurut dia, koreksi harga terhadap rupiah juga ditekan oleh merosotnya harga saham Asia seperti indeks Nikkei turun 0,58 persen, indeks Kospi, Korea Selatan turun 1,41 persen dan indeks SP/ ASX, Australia merosot 1,22 persen. (*)

Copyright © ANTARA 2006