Samarinda (ANTARA News) - Banjir di kawasan pedalaman yang menyebabkan ribuan rumah warga tergenang air di kawasan Kutai Barat (Kaltim) telah surut, namun pasca bencana itu membawa masalah bagi wilayah Samarinda karena limbah dari pedalaman berupa kayu dan tanaman rawa ikut hanyut yang mencamari Sungai Mahakam. Dilaporkan di Samarinda, Kamis (6/7), limbah batang kayu dan tanaman rawa yang di Kaltim disebut dengan "ilung" mencamari Sungai Mahakam di wilayah Kota Samarinda. Sungai Mahakam adalah sungai terpanjang di wilayah Kalimantan atau mencapai 920 Km yang melintasi tiga kota di Kaltim, yakni Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda. Ilung itu tampak mengotori permukaan sungai seperti terlihat di sekitar tepian Mahakam depan Kantor Gubernur Kaltim. Limbah batang kayu dan tanaman air dari rawa dan sungai itu menjadi masalah bagi perahu-perahu kecil atau muatan terbatas namun bagi kapal besar yang membawa alat berat, kayu dan batu bara tidak mengalami persoalan dengan limbah itu. Selain menimbulkan masalah bagi pelayaran sungai, limbah dari kawasan pedalaman itu juga menebarkan bau kurang sedap. "Biasanya banyak ikan sungai yang mabuk akibat ilung tersebut karena menandakan bahwa terjadi perubahan kualitas air sungai akibat air bekas banjir dari darat bercampur dengan air sungai," kata Rahman, seorang warga Teluk Lerong yang mengaku mendapat "berkah" dari pencemaran tersebut. Warga yang menggunakan perahu kecil itu mengaku justru mendapat "berkah" dari pencemaran sungai itu karena dengan mudah mendapatkan batang kayu yang ikut hanyut. "Kalau kondisi kayunya bagus bisa dijadikan bahan bangunan, kalau sudah agak rusak masih dapat dimanfaatkan untuk kayu api," katanya. Sebelumnya, dalam dua pekan terakhir, ribuan rumah di daerah Kutai Barat tergenang air banjir. Banjir diduga terjadi akibat tingginya curah hujan disertai dengan kerusakan area tangkapan air hujan (catchment area) karena banyak kawasan hutan di babat, rawa beralih fungsi jadi lahan pertanian dan pembukaan lahan untuk ladang dan perkebunan. Tingginya curah hujan, pada awal akhir Juni dan awal Juli 2006 menyebabkan beberapa kota di Kaltim banjir antara lain Kutai Barat, Balikpapan, Bulungan dan Kutai Kartanegara. (*)

Copyright © ANTARA 2006