Madrid (ANTARA News) - Real Madrid berharap bisa mengakhiri musim yang sulit ini dengan pencapaian tingggi manakala mereka menghadapi Atletico Madrid pada final Copa del Rey Jumat malam esok.

Selama ini Los Blancos mendominasi rekor pertemuannya dengan klub sekota yang menjadi musuh beratnya ini.

Kampanye yang sengit menandai perseteruan di belakang layar yang tampaknya berakhir dengan hengkangnya manajer Jose Mourinho dari Madrid, namun pelatih asal Portugal ini berharap bisa mempersembahkan sebuah gelar.

Madrid akan finish di urutan dua di bawah juara La Liga Barcelona dan kembali gagal berlanjut untuk kesepuluhkalinya di Liga Champions setelah dikalahkan Borussia Dortmund di semifinal, sehingga harapan kini tinggal pada Copa del Rey, yang pernah dimenangi mereka pada musim pertama kepelatihan Mourinho dua tahun lalu.

Kedua klub ingin pertandingan ini digelar di Madrid dan Stadion Santiago Bernabeu milik Madrid yang berkapasitas 80.000 penonton terpilih karena kapasitas stadion Vicente Calderon milik Atletico lebih kecil.

Ini menguntungkan Mourinho, namun pada pertemuan terakhir mereka di piala ini Atletico sukses menggebuk 2-0 Real di Bernabeu pada 1992, di mana Bernd Schuster --pemain Jerman yang kemudian juga melatih Los Blancos -- dan Paulo Futre menciptakan kedua gol tersebut.

Madrid juga kalah 1-2 dari Deportivo pada final tropi serupa tahun 2002 padahal mereka tampil di Bernabeu.

Meski begitu Atletico yang merupakan klub kelas pekerja warga Madrid selatan terus berada dalam bayang-bayang tetangganya yang kaya raya ini yang mewakili distrik makmur Chamartin sampai ke utara.

Yang mengesankan, Atletico tak pernah memenanggi satu pun dari 25 pertemuan mereka dengan Real sejak menang 3-1 di Bernabeu Oktober 1999, yaitu musim di mana Atletico terdegradasi.

Mengutip laporan harian olahraga "AS", anggaran Real musim ini mencapai 665 juta dolar AS (Rp6,45 triliun), sedangkan Atletico hanya 158 juta dolar AS (Rp1,5 triliun).

"Akan menjadi final yang aneh karena kami bertanding di stadium kami namun penonton terbelah 50/50," kata Cristiano Ronaldo, yang sundulan majisnya pada babak tambahan membuat timnya juara kala bertemu Barcelona di final 2011. "Kami tahu bahwa stadion ini akan terbelah. Semoga tim terbaik yang menang."


Sementara itu Mourinho telah kehilangan dukungan dari sejumlah pemain kunci selama musim ini, khususnya akibat perseteruannya dengan kiper Iker Casillas.

Kalah dari Atletico --yang tak pernah terjadi kecuali di zaman kepelatihan John Toshack -- akan menjadi pukulan amat menyakitkan.  Sayang, persiapan Mourinho terganggu oleh cederanya bek muda Prancis Raphael Varane.

Kendati begitu Real tetap lebih difavoritkan, sedangkan Atletico ingin mengakhiri kutukan derby yang selalu tak berpihak pada mereka.

"Saya yakin kami akan menang," kata mantan bek Atletico Juanfran. "Senjata  kami terbukti ampuh sepanjang musim ini. Atletico yang ini punya strategi amat jelas dan kami tahu apa yang diperlukan untuk menang."

Strategi itu bertumpu pada pertahanan yang disebut terbaik di La Liga, dibantu gol-gol Radamel Falcao yang sudah mencetak 28 gol di liga.

Pelatih Diego Simeone pernah bermain untuk Atletico saat terakhir kali tim ini memenangi piala ini pada musim 1995-96.  Dia telah menghidupkan peruntungan klubnya sejak awal kehadirannya dengan menjuarai Liga Europa dan Piala Super Eropa tahun lalu.

Kini dia membawa Atletico ke musim terbaiknya sejak 1996 dengan menempati posisi tiga klasemen dan lolos otomatis ke kualifikasi Liga Champions musim depan.

Di atas itu semua, Simeone tahu kemenangan atas Real akan menjadi kejayaan terbesar di eranya, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013