Padang (ANTARA) - Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar) Supardi menyebutkan tiga tokoh yang memiliki andil dan pengaruh besar serta berjasa terhadap lahirnya provinsi Ranah Minang.

"Dari catatan sejarah, terdapat tiga nama besar yang tak bisa dilepaskan dari tonggak berdirinya Provinsi Sumbar yakni Muhammad Sjafei atau yang memiliki nama kehormatan Engku Sjafei," kata Ketua DPRD Provinsi Sumbar Supardi di Padang, Minggu.

Hal tersebut disampaikan Ketua DPRD saat rapat paripurna Peringatan Hari Jadi ke-78 Provinsi Sumatera Barat dengan mengusung tema "Sumbar terus maju menuju sejahtera" yang digelar di Gedung DPRD Sumbar.

Pada paripurna itu, Supardi mengatakan sosok Engku Sjafei kerap menggaungkan filosofi "jangan minta pohon mangga pada pohon rambutan, tapi jadikanlah setiap pohon berbuah manis".

Engku Sjafei juga menjalankan tiga konsep yakni tangan, otak dan hati. Artinya, tangan orang Minangkabau melahirkan kreativitas, ulet dan mandiri. Otak melambangkan kecerdasan dalam berpikir, dan hati dijadikan sebagai padanan spiritualitas kehidupan pribadi, akhlak mulia dan ibadah.

"Tak heran jika metode Engku Sjafei selalu mengasah dan menempa murid-muridnya dalam prinsip teguh di dalam dan tangguh di luar," ujarnya.

Tokoh kedua yang juga berpengaruh lahirnya provinsi yang mayoritas dihuni etnis Minangkabau tersebut yakni Mohammad Djamil Datuak Rangkayo Tuo.

Tokoh kelahiran Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman tersebut merupakan orang Indonesia pertama yang berhasil meraih dua gelar doktor. Tokoh yang awalnya mempunyai latar belakang kesehatan kemudian beralih ke spiritual itu memiliki peran dan andil besar lahirnya Provinsi Sumbar.

Doktor tamatan Amerika Serikat tersebut mampu menekan penyakit tuberkulosis (TBC), dan malaria pada tingkat terendah saat Ibu Pertiwi sedang dijajah. Dengan modal pengetahuannya, Mohammad Djamil melawan penjajah termasuk peran besarnya atas lahirnya Tanah Minang.

Nama terakhir yakni Hj Rangkayo Rasuna Said. Tokoh perempuan yang juga salah satu pahlawan nasional itu merupakan seorang orator ulung, pengusung kesetaraan, pendiri banyak sekolah dan media massa.

"Tulisannya yang tajam dan orasinnya juga yang membawanya selalu ke luar dan masuk penjara," ujar dia.

Namun, penjara tidak membuat perempuan tangguh kelahiran Maninjau, Kabupaten Agam 14 September 1910 tersebut surut terhadap cita-cita mulia yang diperjuangkannya dalam membangun bangsa dan negara.

"Tiga orang penting dalam hadirnya Provinsi Sumbar ini disatukan dalam momen heroik yang juga kita jadikan sebagai pelacak memori," ucapnya.

Ia menambahkan tepat 1 Oktober 1945 atau dua bulan pascakemerdekaan Indonesia, Komite Nasional Indonesia Daerah Sumbar memutuskan kembali membentuk keresidenan dan mengambil alih kekuasaan dari pendudukan Jepang.

"Oleh sebab itu, setiap 1 Oktober sebagai salah satu rangkaian peringatan hari jadi Sumatera Barat, DPRD Sumbar melaksanakan rapat paripurna," ucapnya.

Baca juga: DPRD tegaskan Mentawai bagian tidak terpisahkan dari Sumbar
Baca juga: Sumbar menggapai mimpi jadi pusat industri halal nasional
Baca juga: Hujan tak halangi ribuan orang ikuti gowes HUT ke-77 Sumbar


Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2023