Hangzhou (ANTARA) - Lifter Eko Yuli Irawan segera mengalihkan fokusnya untuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024 setelah pada Minggu di Hangzhou untuk pertama kalinya ia gagal merebut medali pada ajang Asian Games.

Turun di kelas 67kg yang berlangsung di Xiaoshan Sports Centre Gymnasium, perjuangan Eko kandas menyusul kegagalannya mengeksekusi tiga angkatan clean & jerk.

"Terima kasih dukungannya dari semua masyarakat Indonesia. Mohon maaf belum bisa memberikan medali. Yang pasti saya sudah berusaha yang terbaik dan Alhamdulillah masih diberi tenaga untuk bisa mengangkat," kata Eko seusai lomba.

"Ke depannya pasti persiapan untuk Olimpiade. Mudah-mudahan hasilnya lebih baik di Olimpiade nanti."

Pemegang dua perak dan dua perunggu pada kelas berbeda di Olimpiade itu hanya mampu melakukan angkatan snatch 145kg pada percobaan kedua.

Eko berangkat dengan target angkatan yang cukup tinggi daripada lawan-lawannya, namun ia justru gagal mengeksekusi angkatan pertama snatch 142kg.

Pada angkatan kedua snatch, upaya Eko berhasil setelah target dinaikkan menjadi 145kg demi menyamai capaian Chen Lijun yang merupakan angka tertinggi di antara rival-rivalnya menuju snatch ketiga.

Di snatch ketiga, Eko sejatinya berhasil mengangkat dan menahan barbel 148kg di atas kepalanya namun dianulir oleh wasit karena tangan sang lifter dianggap goyah.

Di saat Eko gagal pada angkatan ketiga snatch, Lijun, sang juara Olimpiade Tokyo, justru menciptakan rekor Asian Games dengan angkatan 150kg.

Setelah jeda, Eko pun gagal mengeksekusi tiga upayanya mengangkat 175kg pada clean & jerk. Padahal, beban seberat itu bisa ia angkat saat kejuaraan dunia di Riyadh pada awal bulan ini.

Baca juga: Lifter Eko Yuli gagal bawa pulang medali kelas 67kg Asian Games

Sedangkan catatan terbaik Eko di clean & jerk adalah 176kg yang ia buat di IWF Grand Prix di Kuba pada pertengahan tahun ini.

"Memang persiapannya belum maksimal untuk di kelas ini. Ada sesuatu lah yang pasti kenapa saya di kelas 67kg, nanti biar pelatih yang bicara," kata Eko.

Kegagalan di Hangzhou itu sekaligus memutus tradisi Eko merebut medali pada pesta olahraga terbesar di Asia itu setelah sebelumnya ia mendapat emas di Jakarta-Palembang 2018, perunggu di Incheon 2014, dan perunggu di Guangzhou 2010, ketiganya ia raih di kelas 62kg.

Eko harus menyaksikan Chen Lijun membawa pulang emas untuk China dengan total angkatan 330kg dari 150kg snatch dan 180kg clean & jerk.

Sedangkan Ri Wonju merebut perak untuk Korea Utara dengan total angkatan 321kg; 141kg snatch dan 180kg clean & jerk.

Atlet Korea Lee Sangyeon melengkapi podium untuk merebut perunggu dengan total angkatan 317kg; 137kg snatch dan 180kg clean & jerk.

"Eko aslinya bermain di 61kg, tapi untuk di Asian Games ini, karena ada sesuatu hal yang dirasa belum siap maka dia bermain di 67kg," kata pelatih tim angkat besi Indonesia Muhammad Rusli tanpa merinci penyebabnya.

Kejuaraan dunia di Qatar pada akhir tahun akan menjadi target terdekat Eko untuk mencari tiket ke Paris 2024 sebelum dua kesempatan kualifikasi terakhir pada tahun depan di Uzbekistan dan Thailand.

Eko untuk sementara menempati peringkat tiga dunia di kelas 61kg dengan entry total angkatan 300kg di bawah Li Fabin asal China (308kg) dan Sergio Massidda dari Italia (302kg).

Baca juga: Telapak tangan berdarah jadi kendala Ricko angkat barbel di kelas 61kg
Baca juga: Juliana Klarisa rasakan persiapan kurang maksimal untuk Asian Games

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Eka Arifa Rusqiyati
Copyright © ANTARA 2023