Jakarta (ANTARA) - Hari-hari ini dunia online atau dalam jaringan kita masih diwarnai ranjau-ranjau digital yang menghantui warga, seperti aktivitas phising, scam hingga ancaman malware.

Phising merupakan upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Target phising adalah data pribadi, bisa berupa nama, usia, alamat, KTP, data akun, seperti username dan password, serta data finansial, seperti informasi kartu kredit, hingga akun mobile banking.

Scam merupakan bentuk penipuan melalui telepon, email, messaging, dan sebagainya, dengan tujuan pada umumnya untuk mendapatkan uang dari para korbannya.

Contoh dari scam adalah peretasan akun, impersonasi, penjual palsu, lowongan kerja palsu, dan modus percintaan oleh scammer atau pelakunya.

Sementara malware (Malicious Software) merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol perangkat secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari pemilik perangkat.

Jenis-jenis malware berupa virus, worm, trojan horse, ransomware dan spyware.

Seorang tokoh senior media, Asro Kamal Rokan, belum lama ini mengumumkan pada salah satu grup whatsapp dan instagram pribadinya kalau fotonya telah disalahgunakan oleh nomer whatsapp yang tidak dikenal.

"Penipuan...Bila ada yang menggunakan telepon dan nomor ini, jangan dilayani. Ini penipuan," tulisnya, yang ditampilkan juga foto dirinya dengan nomer whatsapp orang lain. Sebelumnya mungkin sudah ratusan korban mengalami hal serupa.

Yang bersangkutan telah terkena scam impersonansi, dengan modus berpura-pura menjadi orang atau institusi tertentu. Kerugiannya korban percaya, dan bisa mengirimkan uang kepada pelaku.

Modus lain impersonansi adalah penipuan file APK yang dikirim via mesenger, seperti whatsapp dan telegram, baik yang berbentuk undangan, kiriman paket, surat tilang, dan sebagainya.

Sering terjadi hacker juga menguasai grup whatsapp, kemudian menghapus admin dan hanya dia saja yang menjadi admin-nya. Sejumlah grup dibubarkan karena sudah dikuasai oleh hacker.

Seperti yang dialami whatsapp grup alumni SMAN 1 Caruban, Madiun, angkatan 1989, belum lama ini. Hacker mengambil alih nomer whatsapp seorang alumni yang kini menjabat Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) V Surabaya. Kemudian komandan palsu ini mengirim undangan pernikahan dalam file APK lantas menghapus semua admin.

Beruntung ada satu orang admin dalam grup tersebut yang menggunakan nomer Filipina karena berprofesi sebagai pengajar Sekolah Indonesia Filipina, sehingga hacker tersebut bisa ditendang dan grup whatsapp bisa dikuasai kembali.

Sebagaimana banyak diinformasikan risiko kalau seseorang sampai mengunduh file APK tersebut penjahat bisa mengakses dan mengambil data, termasuk membobol uang dalam electronic banking ponsel.

Berdasarkan data ICT (Information and Communication of Technology) Watch tentang Indeks Literasi Digital 2021 - 2022, keamanan digital atau digital safety masyarakat Indonesia paling rendah di antara empat pilar literasi digital kita.

Pada 2021 digital skill 3,44, digital ethics 3,53, digital safety 3,10, digital culture 3,90, sedangkan pada 2022 digital skill 3,52, digital ethics 3,68, digital safety 3,12, digital culture 3,84.

Dalam wacana literasi digital dikenal dengan empat pilar literasi digital, yakni digital skill (cakap bermedia digital), digital safety (aman bermedia digital), digital culture (budaya bermedia digital) dan digital ethic (etika bermedia digital).

Keamanan digital merujuk pada sebuah proses untuk memastikan penggunaan layanan digital, baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman.

Menurut modul yang dibuat Siberkreasi, aman bermedia digital tidak hanya untuk mengamankan data yang kita miliki, melainkan juga melindungi data pribadi yang bersifat rahasia.

Bahaya lain yang menjadi ranjau warga adalah pinjaman online. Iklan pinjol kadang hanya menampilkan besaran bunga 0,1 persen hingga 0,4 persen. Padahal itu artinya, satu bulan bunganya 12 persen.


Pendamping masyarakat

Kementerian Kominfo telah membentuk gerakan Pandu Digital dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan untuk menjadi pendamping masyarakat dalam literasi digital melalui kegiatan atau program pandu digital.

Kegiatan ini memiliki misi untuk menjalankan program pemberdayaan komunitas, melakukan koordinasi dan kolaborasi antarkomunitas serta pemangku kepentingan terkait peningkatan kapasitas peserta pandu digital dan memberikan dukungan teknis terhadap kegiatan pemerintah dan masyarakat.

Seperti pada 26 Agustus 2023 lalu Kementerian Kominfo telah menggandeng Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan melakukan seminar dan workshop untuk membentuk Pandu Digital sektor pendidikan.
Tokoh senior media, Asro Kamal Rokan, belum lama ini mengumumkan pada salah satu grup whatsapp dan instagram pribadinya kalau fotonya telah disalahgunakan oleh sebuah nomer whatsapp yang tidak dikenal. ANTARA FOTO/Agus Setiawan (1)

Organisasi keagamaan itu diajak berkolaborasi karena memiliki 171 perguruan tinggi (PTM) yang sepertiganya berbentuk universitas, ribuan SMP dan tingkat MTs, PAUD dan TK lebih dari 20 ribu.

Para peserta mendapatkan materi tentang empat pilar literasi digital. Setelah mendapatkan materi peserta langsung diuji melalui pandu.kominfo.go.id kemudian setelah lulus mendapatkan sertifikat.

Peserta Pandu Digital dikategorikan dalam tiga level, yakni Purwa, Madya, dan Utama. Kemudian juga dimasukkan dalam tiga badge, yakni merah, biru, dan hitam, sebagaimana sabuk dalam olah raga beladiri.

Pandu Digital yang memiliki pengetahuan literasi digital khusus pada sektor tertentu masuk kategori purwa, Pandu Digital yang memiliki pemahaman dan keterampilan penyelesaian masalah dalam literasi digital masuk madya, sedangkan Pandu Digital yang memiliki keahlian dalam menerapkan pemahaman dan keterampilan penyelesaian masalah literasi digital di masyarakat masuk dalam utama.

Menurut data Literasi Digital Nasional, program penetrasi literasi digital masyarakat umum dengan target terpapar sebanyak 12,5 juta se-Indonesia pada tahun 2021 dan 5.5 juta pada tahun 2023.


Disiplin verifikasi

Dalam dunia jurnalistik telah dikenal yang namanya disiplin verifikasi. Konsep ini merupakan salah satu dari sembilan elemen jurnalistik yang dikenalkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, melalui bukunya The Element of Journalism: What newspeople should know and The Public Should Expect.

Menurut Agus Sudibyo dalam bukunya Media Massa Nasional Menghadapi Disrupsi Digital disebutkan melalui disiplin verifikasi, wartawan menyaring desas-desus, gosip, ingatan yang keliru serta manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat dan relevan dengan kepentingan publik.

Searah dengan disiplin verifikasi ini publik perlu melatih diri untuk bersikap kritis ketika berhadapan dengan piranti-piranti digital agar tidak terjerembab ke dalam ranjau digital.

Kementerian Kominfo maupun organisasi kemasyarakatan juga telah menghadirkan sejumlah tools atau perangkat yang bisa dimanfaatkan untuk mengecek atau melaporkan ketika kita menjadi korban penjahat digital.

Seperti chatbot literasi digital Siberkreasi bisa diakses pada nomer whatsapp 0811-1059-9977. Terdapat asisten virtual yang akan memandu untuk memahami literasi digital dengan lebih mudah dan menyenangkan.

Terdapat pula Kalimasada, chatbot anti-hoax dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO). Melalui chatbot ini bisa memeriksa atau melaporkan berita hoaks, . Cek fakta terbaru, tips dan trik untuk melawan hoax.

Untuk menguatkan keamanan digital masyarakat juga dianjurkan mengaktifkan 2FA atau Two-Factor Authentication pada setiap aplikasi, seperti e-mail dan media sosial yang kita miliki.

2FA merupakan fitur keamanan tambahan dengan menggunakan proses verifikasi ganda untuk bisa mengakses akun.

Kemudian juga membuat password yang panjang dengan kombinasi karakter angka, huruf besar, tanda baca dan simbol. Pembuatan password yang kuat akan menyulitkan pembobol akun.

Kalau ingin memeriksa kebocoran e-mail bisa cek di periksadata.com, kemudian untuk melaporkan penyalahgunaan nomer telepon bisa melakukan akses ke aduannomor.id.

Literasi digital mesti semakin masif dilakukan agar tidak kalah cepat dengan penjahat siber. Masyarakat juga hendaknya selalu menggunakan panduan yang telah tersedia agar terhindar dari ranjau digital.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023