Selain indah saya suka Kepulauan Seribu karena private, tenang, dan damai sekali di sana.
Jakarta (ANTARA) - “Enggak kenal waktu, enggak kenal hari, yang ku tahu… hanyalah sunset dan sunrise… oooh ohuoo anak pantai, oooh ohuoo... suka damai”.

Sepenggal lirik lagu berjudul "Anak Pantai" yang dipopulerkan grup musik reggae Indonesia, Imanez, ini menggambarkan begitu asyiknya menghabiskan waktu berlibur ke pantai-pantai di Tanah Air.

Betapa tidak, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia menyediakan banyak sekali destinasi wisata pantai nan indah.

Dengan pasir putihnya dan hamparan laut biru yang menyimpan keanekaragaman biota di dalamnya, itu sungguh menarik untuk dinikmati bersama keluarga ataupun kerabat.

Misal seperti Pantai Gili Trawangan, Senggigi di Nusa Tenggara Timur, kemudian Pantai Jimbaran atau Kuta di Bali, Banda Naira di Maluku, menjadi beberapa destinasi pantai ternama yang terbentang mulai dari ujung timur dan tengah Indonesia.

Pun demikian pada ujung paling barat, yang terdapat Pantai Sabang-We di Aceh, Pantai Tikus – Pasir Padi di Bangka Belitung, hingga paling Selatan Pulau Sumatera terdapat Pantai Krui di Lampung, dan seterusnya.

Selain itu, tentu masih banyak lagi destinasi wisata pantai di Indonesia yang keelokan alamnya bagaikan surga namun belum banyak yang tahu. Satu di antaranya seperti kawasan Kepulauan Seribu.

Kepulauan Seribu merupakan gugusan pulau karang nan-indah yang berjarak 65,6 kilometer dari sebelah utara Teluk Jakarta, Provinsi DKI Jakarta.

Kawasan tersebut secara resmi berada di bawah otoritas Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta, pada 3 Juli 2001.

Secara keseluruhan kawasan Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau. Semuanya memiliki potensi keindahan alam dan keanekaragaman kehidupan bawah laut.

Hanya, keberadaannya belum secara utuh terjamah karena baru beberapa pulau yang jadi destinasi andalan di kawasan Kepulauan Seribu; Pulau Tidung, Pulau Pari, Pulau Ayer, Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Harapan, Macan, dan Pulau Pramuka.


Kepulauan yang selalu istimewa

Meski belum begitu banyak dikenal tak seperti Pantai Gili dan Pantai Kuta, sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Kepulauan Seribu menilai kawasan tersebut sebagai destinasi wisata berbasis kepulauan yang selalu istimewa.

Seperti apa yang dirasakan oleh Ismayanti (35), seorang wisatawan domestik yang berasal dari Kota Medan, Sumatera Utara, misalnya.

Pada Minggu (1/10) sore itu, Ismayanti baru saja tiba di Dermaga 16 Marina Ancol, setelah sepekan lamanya ia bersama empat rekannya berlibur di Pulau Macan.

Riuh gemuruh angin dan kicau merdu burung-burung camar menjadi satu-satunya teman yang memecah keheningan selama mereka berada di pulau paling ujung utara Kepulauan Seribu itu.

Kondisi yang demikian asri itu tetap sama dengan apa yang Ismaya rasakan ketika mengunjungi Pulau Tidung dan Pulau Pramuka pada awal tahun 2018 lalu.

“Selain indah saya suka Kepulauan Seribu karena private, tenang, dan damai sekali di sana,” kata Ismayanti, ketika ditemui saat menunggu jemputan sopir taksi di Dermaga 16 Marina Ancol.

Untuk menuju ke Kepulauan Seribu, para wisatawan hanya dapat menggunakan kapal cepat atau kapal motor dari Pelabuhan Muara Angke ataupun Dermaga 16 Marina Ancol, Jakarta Utara.

Harga tiket penyeberangan sangatlah bervariasi mulai dari Rp130 ribu--Rp230 ribu untuk satu kali penyeberangan dengan jarak tempuh sekitar 45 menit hingga 1,5 jam.

Khusus harga tiket kapal ke Pulau Harapan dan Pulau Macan menjadi yang termahal. Penumpang mesti membayar tiket kapal senilai Rp460 ribu untuk satu kali perjalanan pergi- pulang dari Dermaga Marina Ancol.

Sama seperti kebanyakan pulau di Kepulauan Seribu, Pulau Macan memiliki beberapa pilihan tempat menginap.

Akan tetapi, untuk sebuah kenyamanan empat sekawan yang berprofesi sebagai legal konsultan, ini memilih menyewa sebuah resort ketimbang vila.

Resort tersebut disewa dengan harga per-malam senilai Rp700 ribu sudah termasuk sarapan dan makan malam, hingga fasilitas internet yang penting untuk tetap berhubungan dengan dunia luar.

Dengan fasilitas resort yang disediakan harga tersebut masih terbilang terjangkau, apa lagi ditambah pengalaman yang akan didapatkan selama berlibur.

​​​​Para wisatawan bisa dengan bebas melakukan snorkeling, memancing, berkeliling pulau menikmati keindahan pemandangan air laut yang berwarna biru muda dan terkadang hijau tosca.

Bahkan selain itu, mereka juga bisa ikut bersama warga lokal dan para wisatawan mancanegara lainnya merawat terumbu karang dan melakukan pemeliharaan tanaman mangrove.

Bagi siapa pun yang ingin berlibur menikmati keindahan alam, tapi dengan suasana yang asri, tanpa bising kendaraan, dan harga terjangkau, Kepulauan Seribu memenuhi kriteria tersebut.

Akan tetapi ia berpesan, jangan lupa untuk selalu melindungi diri dengan krim tabir surya sebelum berlibur ke Kepulauan Seribu, jika tidak ingin mengalami iritasi kulit akibat paparan sinar Matahari yang sangat terik.

Hal tersebut dibuktikan setelah kulit mereka yang berwarna putih bak susu kini menjadi merah kecoklatan. Bahkan kulit bagian muka menjadi terkelupas karena terpanggang terik Matahari tanpa dilindungi krim tabir surya.


Prospek wisata
Kapal wisata yang baru tiba dari Kepulauan Seribu bersandar di Dermaga 16 Marina Ancol, Jakarta Utara, Minggu (1/10/2023) ANTARA/ M Riezko Bima Elko P


Menjaga keindahan alam dan seluruh keberlangsungan ekosistem yang ada di kawasan Kepulauan Seribu merupakan bagian komitmen Pemerintah Provinsi DKI Jakarta demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah setempat.

Penjabat (Pj.) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengatakan Kepulauan Seribu disiapkan untuk menjadi salah satu percontohan destinasi pariwisata berbasis kepulauan di Tanah Air, yang dalam pengelolaannya menerapkan konsep wisata berkelanjutan.

Wisata berkelanjutan adalah sebuah konsep berwisata yang memberikan dampak jangka panjang. Tidak hanya menjaga keberlangsungan lingkungan, tapi juga sosial, budaya, serta ekonomi masyarakat untuk masa kini dan masa depan.

Beberapa langkah yang dilakukan oleh DKI Jakarta untuk mencapai visi pariwisata berkelanjutan yaitu di antaranya ditempuh dengan beberapa upaya.

Mulai dari mengembangkan ekowisata, kemudian dalam pelaksanaannya diiringi dengan kegiatan perbaikan sarana dan prasarana destinasi wisata unggulan, menyediakan kelengkapan moda transportasi terintegrasi hingga mengembangkan hilirisasi produk olahan sumber daya alam setempat.

Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta Andhika Permata mengatakan melalui kegiatan ekowisata, setiap pengunjung yang berminat dapat ikut ambil bagian dalam upaya pelestarian alam khususnya ekosistem laut.

Wisatawan dapat melakukan restocking ikan, penanaman bakau dan transplantasi karang, serta pelepasan tukik atau anak penyu.

Selain itu juga tersedia wisata minat khusus untuk melihat budidaya ikan badut, rumput laut, serta pemanfaatan nya.

Dalam kegiatan khusus ini, wisatawan akan diedukasi oleh kelompok masyarakat yang sudah dibina dan diawasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kelautan, Perikanan, dan Ketahanan Pangan.

Penerapan wisata berkelanjutan ini juga berkaitan langsung dalam menumbuhkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di masyarakat pesisir.

Wisata berkelanjutan mendorong pelestarian lingkungan alam seperti pantai, terumbu karang, hutan mangrove, dan ekosistem lainnya.

Hal tersebut penting karena UMKM di daerah pesisir sebagian besar bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar untuk keberlangsungan usaha mereka.

Jika sumber daya alam mengalami kerusakan, maka para pelaku UMKM yang bergantung di dalamnya akan kehilangan sumber pendapatan mereka.

Misalnya dengan terumbu karang yang terawat maka seperti ikan-ikan yang menjadi bahan olahan makanan ringan bisa tetap ada, dan begitupun dengan tumbuh-tumbuhan yang getahnya sebagai bahan dasar pewarna kriya batik gambo seribu.

Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, diharapkan Kepulauan Seribu dapat menjadi destinasi wisata yang lebih menarik dan nyaman bagi wisatawan.

Menurut data dari Suku Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kepulauan Seribu, pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu sepanjang Januari hingga Agustus 2023 mencapai Rp11,7 miliar.

Jumlah ini meningkat 15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022.

Peningkatan pendapatan retribusi wisata ini didorong oleh peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu. ​​​Tarif retribusi wisata Pulau Seribu adalah Rp15 ribu per orang untuk wisatawan domestik dan Rp25 ribu per orang untuk wisatawan mancanegara.

Pulau Tidung, Pulau Pari, dan Pulau Macan adalah tiga pulau yang paling banyak menyumbang pendapatan retribusi wisata di Kepulauan Seribu.
​​​​
Ketiga pulau tersebut merupakan destinasi wisata yang populer dan ramai dikunjungi wisatawan.

Pemprov DKI Jakarta menargetkan pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu mencapai Rp20 miliar pada tahun 2023. Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, diharapkan target tersebut dapat tercapai.

Pendapatan retribusi wisata Pulau Seribu digunakan untuk membiayai berbagai kegiatan, seperti peningkatan sarana dan prasarana wisata, pengembangan destinasi wisata, promosi wisata, peningkatan keamanan dan kenyamanan wisatawan.

Terlepas dari itu semua, hakikat dari setiap tindakan yang dilakukan di Kepulauan Seribu ini adalah upaya pelestarian lingkungan, agar semua yang hidup di dalamnya akan mendapatkan manfaat. Jagalah alam, maka alam akan menjaga kita.









 

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023