Jangan mikir bahwa dengan beli obat yang mahal untuk gengsi, dan akan dapat obat yang lebih oke, sudah beli yang lebih murah atau yang dijamin JKN saja
Jakarta (ANTARA) -
Pakar kesehatan lulusan Fakultas Kesehatan dan Kedokteran Tropis Universitas Oxford, Inggris, Elizabeth Pisani menyatakan kualitas obat yang diresepkan dokter menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sama dengan obat non-JKN.
 
"Berdasarkan estimasi yang kami lakukan, 95,1 persen obat yang diteliti di Indonesia memiliki kualitas yang baik dan tidak ada hubungan antara harga dan kualitas. Obat JKN memiliki kualitas yang sama dengan non-JKN," kata Elizabeth dalam diskusi bersama media di Jakarta, Selasa.

Ia berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk menepis persepsi bahwa obat yang mahal akan memberikan kualitas yang baik pula, karena berdasarkan studi yang dilakukannya bersama Universitas Pancasila dan Starmeds, tidak ada kaitan antara harga dengan mutu obat.
 
"JKN dengan non-JKN, kalau di studi kita, obat non-JKN gagalnya dua kali lipat dibanding JKN. Obat JKN jauh lebih aman dari studi kita. Jangan mikir bahwa dengan beli obat yang mahal untuk gengsi, dan akan dapat obat yang lebih oke, sudah beli yang lebih murah atau yang dijamin JKN saja," ucapnya.

Baca juga: Luhut dorong obat modern asli Indonesia masuk sistem JKN
 
Ia memaparkan masyarakat tidak perlu mempertanyakan lagi mutu obat JKN, karena semua sudah terstandarisasi oleh formularium nasional.
 
"Jadi bukan lagi soal mutu obat, tetapi soal seleksi obat, di Indonesia banyak obat yang tidak bisa masuk karena mahal dan belum terevaluasi, batasannya di situ. Kalau sudah masuk JKN itu sudah dievaluasi, yang mesti diperhatikan lebih kepada pemerataan akses JKN dan keberlanjutan Program JKN," tuturnya.
 
Ia berpesan kepada pemerintah, baik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lembaga pengadaan obat, maupun Kementerian Perindustrian agar mengawasi penjualan obat yang dilakukan daring (online).
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023