Singapura (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka turun menyentuh level terendah dalam 11 bulan pada perdagangan Rabu, setelah data ekonomi AS yang kuat membuat imbal hasil obligasi AS mencapai level tertinggi baru.

Sementara itu, penguatan tajam yen membuat pedagang berspekulasi bahwa otoritas telah mengintervensi pasar.

Yen menembus level 150 per dolar AS sebelum tiba-tiba menguat ke posisi 147,3 per dolar. Belum ada konfirmasi dari Tokyo, di mana diplomat mata uang top Jepang tak berkomentar terkait pergerakan yen tersebut. Sebelumnya pada perdagangan terakhir yen ditutup 149,11 per dolar.

Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,4 persen ke level terendah sejak November, dengan saham-saham Australia mencapai level terendah dalam 11 bulan dan Indeks Kospi Korea Selatan anjlok 1,8 persen. Sementara Indeks Nikkei Jepang melemah 1,7 persen ke level terendah dalam empat bulan.

Semalam, data lowongan pekerjaan AS secara tak terduga meningkat, mencapai jumlah terbesar dalam lebih dari dua tahun. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun naik hampir 12 basis poin ke level tertinggi dalam 16 tahun yaitu 4,81 persen dan S&P 500 anjlok 1,4 persen.

"Lonjakan lowongan pekerjaan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS mengalami pelonggaran yang lebih lambat dibandingkan dengan yang ditunjukkan oleh rilis data baru-baru ini, membenarkan pesan The Fed bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," kata NAB FX Strategist Rodrigo Catril.

Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun stabil pada awal perdagangan Rabu dan naik 70 basis poin sejak awal September, pergerakan yang mengacaukan ekspektasi pasar terhadap puncak imbal hasil dan dolar AS.

Dolar AS mencapai level tertinggi dalam 10 bulan terhadap euro di 1,0448 dolar AS semalam dan menyentuh level tertinggi dalam tujuh bulan terhadap pound sterling di 1,20535 dolar. Dolar Selandia Baru turun 0,7 persen semalam dan berakhir di posisi 0,5912 dolar AS jelang pertemuan bank sentral.

Meski demikian, sebagian besar fokus tertuju pada pasangan mata uang dollar dan yen, di mana yen tertekan oleh kesenjangan antara imbal hasil obligasi AS yang meningkat dan suku bunga Jepang. Yen tiba-tiba menguat setelah sempat menembus 150,16 per dolar AS.

Penguatan tajam yen tersebut menunjukkan adanya pengecekan atau bahkan pembelian langsung dari otoritas Jepang, yang telah memperingatkan bahwa mereka bisa melakukan intervensi.

"Pelaku pasar akan mencermati apa yang akan dikatakan oleh otoritas Jepang terkait penguatan yen yang cepat dan tajam semalam," kata CBA strategist Carol Kong.

Menurut Kong, pergerakan yen semalam menunjukkan level 150 bisa membuktikan resistensi yang kuat, dan pergerakan pasangan mata uang dolar-yen masih akan tergantung imbal hasil obligasi AS.

Kenaikan imbal hasil obligasi AS juga berdampak buruk terhadap harga emas, yang jatuh ke level terendah dalam tujuh bulan yaitu 1.814 dolar AS per ons semalam dan membuat investor menjadi waspada mengambil risiko pada saham dan aset pertumbuhan lainnya.

"Dengan tingginya tingkat bebas risiko, tidak terlalu menarik bagi masyarakat untuk mengalokasikan dananya dari cash-like investment jangka pendek," kata manajer portofolio Muzinich & Co Mel Siew di Singapura.



Baca juga: Saham Asia dibuka beragam, investor bergulat dengan suku bunga tinggi
Baca juga: Saham Asia dibuka menguat, menjauh dari level terendah dalam 10 bulan

Penerjemah: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023