Jakarta (ANTARA) -
Di dunia Marvel, Loki merupakan salah satu penjahat (villain) yang kerap memanfaatkan tipu muslihat bahkan sihir dan selalu berujung pada masalah besar sehingga ia dijuluki Dewa Pembuat Onar atau God of Mischief.
 
Setelah sempat hadir sebagai karakter antagonis utama dalam sejumlah film, seperti "Thor" (2011) dan The Avengers (2012), sang God of Mischief yang diperankan oleh Tom Hiddleston itu akhirnya memiliki serialnya sendiri yang berjudul senada dengan namanya, yakni "Loki".
 
Di musim pertamanya yang dirilis pada 2021, serial "Loki" memperkenalkan konsep Multiverse dan membawa penonton melihat kekacauan usai dua tokoh sentralnya, Loki dan Sylvie (Sophia Di Martino) menghancurkan garis waktu dan Time Variance Authority (TVA) yang mengurusi masalah percabangan waktu di dunia Marvel.
 
Tepat di episode keenam yang menutup kisah musim pertamanya, kejadian pembunuhan terhadap varian He Who Remains (Jonathan Majors) oleh Sylvie telah membuat Loki yang mencoba menghalangi perempuan itu terlempar dan kembali ke TVA. Loki akhirnya menyadari bahwa tindakan yang dia lakukan bersama Sylvie itu telah membuat sebuah kekacauan yang luar biasa. Di antaranya, tubuhnya menjadi bergerak atau berpindah-pindah di antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Sekarang, usai dua tahun berlalu, serial "Loki" kembali hadir melalui musim keduanya. Melanjutkan kisah sebelumnya dari musim pertama, "Loki" musim kedua akan membawa penonton menyaksikan upaya sang dewa pembuat onar bersama sejumlah tokoh lainnya, seperti Hunter B-15 (Wunmi Mosaku), Mobius (Owen Wilson), dan rekan-rekan barunya, seperti teknisi TVA O.B. atau Ouroboros (Ke Huy Quan) membenahi kekacauan yang telah dilakukannya.
 
Dengan kondisi tersebut, Loki mencoba untuk memperingatkan Mobius dan Hunter B-15 tentang masalah besar yang akan mereka hadapi. Namun, Loki justru tidak dikenali oleh Mobius dan Hunter B-15, bahkan dianggap sebagai penyusup.
 
Dalam dua episode pertamanya yang ditayangkan di Premiere Night Marvel Studios "Loki" Season Kedua di Jakarta, Selasa (3/10), penonton yang hadir pada kesempatan tersebut dapat melihat kelanjutan perjalanan Loki mencari tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ia menggali jawaban tentang keanehan yang tengah dihadapinya, yaitu berpindah-pindah dari masa lalu, masa kini, dan masa depan dari orang-orang yang dia temui.
 
Dalam dua episode pertamanya itu, penonton dibawa untuk menemui sosok Loki yang baru, penonton dibawa untuk melihat sisi lain dari Loki. Perkembangan karakter Loki tersebut dapat dikatakan menjadi daya pikat utama yang ada di musim kedua serial itu.
 
Meskipun pendalaman sisi lain dari karakter villain bukan merupakan hal yang baru di dunia perfilman ataupun serial Marvel Cinematic Universe, patut diakui bahwa tidak semua karya bisa menghadirkan transisi perkembangan karakter yang mulus, sebagaimana perkembangan karakter Loki di serial "Loki".

Dalam setiap pergantian adegan ke adegan, penonton diajak untuk ikut merasakan menjadi Loki. Penonton diajak merasakan berada di posisi ketika seseorang yang kerap membuat kekacauan akhirnya ikut merasa kacau.

Dengan kata lain, serial "Loki" dari musim pertama hingga memasuki paruh awal musim keduanya itu menghadirkan detail penggambaran yang menunjukkan bahwa kebangkitan sisi lain dari Loki, yakni sosok yang perasa bahkan ingin melindungi orang lain bukanlah hal yang tiba-tiba hadir begitu saja. Ada jalan panjang yang ia lalui untuk membawa sisi lainnya ke luar.

Daya pikat utama itu semakin terkemas apik dengan permainan peran dari Tom Hiddleston. Tidak dapat dipungkiri lagi, Tom Hiddleston merupakan pemeran "Loki yang paling Loki".
 
Daya pikat kedua dari serial ini ada pada pembangunan suasana yang berwarna sehingga tidak membuat penonton jenuh. Ketegangan, kelucuan, bahkan rasa haru disajikan begitu selaras, namun tetap natural di tengah konflik-konflik yang ada.
 
Kehadiran sejumlah karakter baru, seperti O.B. juga menjadi kekuatan bagi "Loki" musim kedua. Sentuhan-sentuhan guyon dari sosok O.B. yang polos membuat serial tersebut menjadi semakin seru untuk ditonton.
 
Meskipun memiliki sejumlah keunggulan, kelemahan serial "Loki" musim kedua ada pada sajian adegan pertarungan di dalamnya yang masih tampak kaku. Gerak para tokoh saat melakukan adegan bertarung tampak belum maksimal.
 
Secara garis besar, "Loki" musim kedua merupakan serial dengan konflik cerita yang rumit, namun berhasil tersampaikan dengan baik sehingga tetap mudah dimengerti dan dinikmati. Hal tersebut juga membuat para penonton tidak sabar menanti kelanjutan cerita di episode-episode selanjutnya.
 
Serial yang digarap oleh para sutradara Justin Benson & Aaron Moorhead, Dan DeLeeuw, dan Kasra Farahani, serta tim penulis yang dipimpin oleh Eric Martin berhasil itu dapat disaksikan oleh masyarakat Indonesia melalui layanan streaming Disney+ Hotstar pada Jumat, 6 Oktober mendatang.

Baca juga: Marvel umumkan serial "Loki" musim kedua

Baca juga: Serial "Loki" siap tayang mulai 9 Juni di Disney+ Hotstar

Baca juga: Gugu Mbatha-Raw gabung serial "Loki" di Disney Plus

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023